Jumat, 06 Desember 2013

Karena Masing-Masing Topi Punya Namanya Sendiri


(Pernah dimuat dalam dua seri dengan judul Jangan Cuma Sebut Semuanya Topi di Harian Pagi Tribun Jambi edisi Minggu pada 30 September 2012 serta 7 Oktober 2012)

Oleh Yoseph Kelik
VARIASI bentuk topi (foto dari fogcommunication.com)
JIKA ada pertanyaan apa nama tudung penutup kepala? Banyak orang tentu bakal cepat menyebutkan satu kata dengan empat huruf yakni topi. Gampang banget kan?
Hmmm, sepintas memang begitu. Namun, urusannya bakal lain jika mesti menyebut jenis topi yang dipakai seseorang. Sebab, kenyataannya topi itu begitu banyak macamnya.

Senin, 25 November 2013

Mengingat Tesla, Edison, dan Jobs

Oleh Yoseph Kelik


BOHLAM yang kerap menjadi simbol dari ide (foto dari telegraph.co.uk)
DI tengah Amerika Utara, seorang ilmuwan paro baya membangun laboratoriumnya pada pinggir sebuah kota kecil. Pria tadi bereksperimen dengan pembangkit listrik dan jaringannya, membuat kota kecil yang ditinggalinya lantas bermandi cahaya di malam hari.

Semua tadi berlangsung pada tahun-tahun di kuartal terakhir abad XIX. Kala itu, berkah penerangan oleh listrik belumlah jadi menjadi suatu konsumsi massal, apa lagi global. Karena itu, apa yang diperbuat si ilmuwan bagi si kota kecil adalah layaknya mukjizat.

Jumat, 22 November 2013

Empat Rekan Sekantor dan Seorang Mertua Menonton Pacu Jawi

(Sambungan dari tulisan Dari Jambi ke Sumatera Barat pada Peralihan November ke Desember sekaligus bagian III tulisan-tulisan catatan perjalanan ke Sumatera Barat dan Sumatera Utara.)


Oleh Yoseph Kelik
SAPI peserta pacu jawi di Jorong Gurun, Tanah Datar, Sumatera Barat

PERJALANAN yang berawal dari Kota Jambi itu memakan waktu total hampir 14 jam. Setelah bermobil selama itu, saya, Hanif, Wahyu, Wahid, serta Pak Jarwadi akhirnya sampai di Jorong Gurun, Nagari Gurun, Kecamatan Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Semua itu adalah berkah panduan Google Maps, tapi ditambah beberapa kali bertanya kepada orang di pinggir jalan.

Rabu, 31 Juli 2013

Dari Jambi ke Sumatera Barat pada Peralihan November ke Desember

(Sambungan dari tulisan Pinjaman Mobil Sekaligus Pemiliknya sekaligus bagian II tulisan-tulisan catatan perjalanan ke Sumatera Barat dan Sumatera Utara)


Oleh Yoseph Kelik


MOBIL Innova silver milik Pak Jarwadi yang membawa rombongan pelesir ke Sumatera Barat

JUMAT sore, 30 November 2012, adalah waktu keberangkatan bagi rombongan kami, rombongan pelesir yang hendak menonton Pacu Jawi ke Sumatera Barat . Titik kumpul adalah adalah rumah Pak Jarwadi di daerah Bagan Pete di pinggiran Kota Jambi. Saya, Wahyu, serta Wahid sampai di rumah mertua Hanif, kawan sekantor kami, tersebut sekitar pukul 16.30.

Tak seberapa lama setelah sampai, Hanif, saya, Wahyu, juga Wahid, menata tas-tas bawaan di barisan kursi balik belakang mobil Kijang Innova silver yang bakal mengangkut kami ke Sumatera Barat.

Pinjaman Mobil Sekaligus Pemiliknya

(Bagian Pembuka dari tulisan-tulisan cerita perjalanan ke Sumatera Barat dan Sumatera Utara)

Oleh Yoseph Kelik


DARI kiri ke kanan: saya (Yoseph Kelik), Hanif, Wahid, dan Wahyu

TULISAN ini sebenarnya sangat telat saya kerjakan. Seharusnya saya sudah menuliskannya sekitar tujuh bulan silam. Soalnya, ini adalah satu cerita tentang perjalanan semacam tamasya dari Jambi ke Sumatera Barat, yang telah berlangsung pada penghujung 30 November -2 Desember 2012. Namun, dengan berpedoman kepada ungkapan populer “lebih baik telat dari pada tidak sama sekali”, akhirnya saya bikin juga catatan cerita perjalanan tersebut.

Perjalanan ke Sumatera Barat tersebut muncul dari ide rekan sekantor saya kala itu, Hanif. Suatu hari, di antara tanggal-tanggal yang dipunyai bulan Oktober 2012, dia berbagi info tentang adanya event Pacu Jawi,

Kamis, 13 Juni 2013

Pesantren Tegalrejo: Lautan di Lereng Merbabu

(Tulisan ini sebelumnya merupakan laporan reportase lapangan pada 2007 untuk Yayasan Desantara. Untuk pemuatan di blog ini, ada sejumlah pengeditan minor yang dilakukan)


Oleh Yoseph Kelik


PERSIAPAN event Pawiyatan
Budaya Adat  2007 (foto dari desantara.or.id)
PAWIYATAN Budaya Adat (PBA) di rangkaian acara khataman Pesantren Tegalrejo tak ubahnya sebuah festival rakyat. Semua yang hadir dan terlibat punya tafsir dan juga kepentingan sendiri atas festival itu. Lebih dari itu, acara ini menjadi ruang untuk saling bertukar dan saling menyerap antara berbagai kelompok dari kalangan yang berbeda.

Papan mriki niku ibaratipun segoro. Ireng ditompo, putih nggih ditompo (Tempat ini itu seperti lautan. Hitam diterima, putih juga diterima).”

Ibarat lautan yang bersedia menampung beraneka warna. Begitulah Walno memberikan satu komentar singkatnya tentang perhelatan tahunan PBA di lingkungan API Pondok Pesantren Tegalrejo, Magelang.

Sabtu, 08 Juni 2013

Bermula dari Kemben dan Kerudung

(Sambungan dari tulisan Antara Jilbab Lebar dan Jilbab Rapat. Sekaligus juga bagian III dari tiga tulisan yang semula berjudul Gerak Merayap Penutupan Aurat: Catatan Dari Foto-Foto Masa Lalu, dan pernah dimuat di Jurnal Perempuan dan Multikulturalisme, Srinthil, edisi 17, diterbitkan oleh Desantara Foundation Jakarta pada Mei 2009)


Oleh Yoseph Kelik


FATMAWATI Soekarno sedang mengenakan kerudung (foto diunduh dari merdeka.com)

PALING tidak di Jawa hingga akhir 1970-an, kerudung menempati posisi yang kira-kira dimiliki oleh jilbab saat ini, yakni sebagai busana yang dianggap paling ideal untuk dikenakan oleh para perempuan Muslim.

Sabtu, 01 Juni 2013

Antara Jilbab Lebar dan Jilbab Rapat

(Sambungan dari tulisan Jilbab, Arustama Baru Tampilan Perempuan Indonesia. Sekaligus juga bagian II dari tiga tulisan yang semula berjudul Gerak Merayap Penutupan Aurat: Catatan Dari Foto-Foto Masa Lalu, dan pernah dimuat di Jurnal Perempuan dan Multikulturalisme, Srinthil, edisi 17, diterbitkan oleh Desantara Foundation Jakarta pada Mei 2009)


Oleh Yoseph Kelik
JILBAB (foto diunduh dari www.tempo.co)


SETIDAKNYA dari foto setengah badan mereka, jenis jilbab para wisudawati UGM pada kurun 1991 hingga 2006 dapat dipilah menjadi dua tipe besar.

Selasa, 28 Mei 2013

Jilbab, Arustama Baru Tampilan Perempuan Indonesia



(Bagian I dari tiga tulisan. Sebelumnya pernah dimuat dengan judul Gerak Merayap Penutupan Aurat: Catatan Dari Foto-Foto Masa Lalu di Jurnal Perempuan dan Multikulturalisme, Srinthil, edisi 17, diterbitkan oleh Desantara Foundation Jakarta pada Mei 2009)




Oleh Yoseph Kelik
JILBAB di sampul tabloid (foto oleh Franciska Anistiyati)

SEPOTONG halo bersambung selamat siang terucap di bawah pengaruh kental sebuah aksen asing. Bibir seorang perempuan bule paro baya merupakan muasalnya. Sekumpulan anak muda yang tengah sibuk mengerjakan praktek fotografi menjadi tujuannya. Selepas saling bertukar senyum, dua pihak tersebut lantas berbincang sejenak dalam bahasa Indonesia, yang banyak bercampur bahasa Inggris. Usut punya usut, perempuan kulit putih berambut coklat pendek itu bermaksud untuk memotret beberapa orang dari kumpulan yang disapanya.

Moslem girls.”

Si perempuan bule memberi penjelasan lebih lanjut dalam bahasa Inggris yang kentara berlogat Jerman atau Belanda

Kamis, 23 Mei 2013

Ada Pelatih Britania Raya yang Lebih Hebat dari Fergie

Oleh Yoseph Kelik
TROFI (foto diambil dari avfc.co.uk)

SIR Alex Ferguson memang telah memenangkan 49 trofi sepanjang 39 tahun karir manajerialnya. Jelas suatu rekam jejak prestasi yang sangat mentereng. Barangkali piala-piala itu setara dengan seluruh piala milik tiga atau empat klub digabung menjadi satu.

Hanya saja, satu pertanyaan kecil, apa dengan seluruh rentengah piala yang dipunyai SirAlex, kita lantas bisa menabalkannya sebagai manajer sepakbola terbaik se-Britania Raya?

Jumat, 17 Mei 2013

Sir Alex dan 1,26 Trofi Per Tahun

Oleh Yoseph Kelik
HALAMAN muka Manchester Evening News, 9 Mei 2013, edisi khusus  pensiunnya  Sir Alex Ferguson
(foto diambil dari digitalspy.co.uk)

MINGGU,19 Mei 2013 bakal jadi satu tanggal yang diingat fans Manchester United sampai bertahun-tahun ke depan. Sir Alex Ferguson menjadikan pertandingan Liga Primer Inggris antara United versus West Bromwich Albion sebagai laga terakhirnya selaku seorang manajer klub sepakbola. Setelah 26 tahun menukangi Sang Manchester Merah, Fergie akhirnya memutuskan pensiun.

Hmmm...kini barangkali banyak manajer dan pelatih klub-klub lain pesaing Manchester United bisa menarik nafas lebih lega. Terbayang akhirnya bahwa kerja mereka bakal lebih ringan he...he...he... .

38 dan 11
Sir Alex memang sosok yang pastinya memusingkan para manajer dan pelatih rivalnya. Itu pun berlangsung bertahun-tahun. Ingat ya, capaian gelar juara aneka event Sir Alex untuk Man U selama 26 tahun adalah 38 trofi.

Minggu, 10 Maret 2013

Sandal Jepit: Resminya Dibenci, Senyatanya Disukai

Oleh Yoseph Kelik
SANDAL jepit (foto diunduh dari deltakirana.devianart.com)

BAGI kaki-kaki bersandal jepit, pintu-pintu kantor di Indonesia bukanlah benda yang rela menjadi pintu biasa. Pintu-pintu itu lebih memilih berlaku layaknya gerbang perbatasan dari suatu negeri tak ramah. Begitu enggan mengizinkan wilayah di sebalik pintu untuk dilongok, apa lagi dikunjungi, oleh kaki-kaki bersandal jepit. Seolah si pintu adalah garis lintang utara 38 derajat, sedangkan  wilayah di sebalik pintu itu adalah Korea Utara.

Penegas status sebagai perbatasan itu lazimnya adalah plakat atau tempelan kertas, berisi larangan penggunaan sandal jepit.

Minggu, 03 Februari 2013

Salut Saya untuk Fans Espanyol hingga Torino

Oleh Yoseph Kelik
 
SUPORTER di stadion sepakbola (foto diunduh dari boutiquebargains.com)

SIAPA fans klub sepak bola paling top sedunia? Menurut saya sih pemilik gelar itu bukan fans Real Madrid, Barcelona, atau Manchester United. Bukan pula fans Chelsea, AC Milan, Inter Milan, atau pun Juventus. Lho, kok bisa?

Bagi saya, nggak mengagumkan apa lagi mengagetkan bahwa klub-klub  tadi sangat populer, lalu punya banyak suporter sampai yang kategori penggemar fanatik. Mereka tadi kan klub-klub yang sering banget dapet gelar juara, entah di level domestik, entah di level regional maupun internasional. Pun klub-klub itu tergolong berkasta super tajir, lebih lagi kalau dibandingkan klub-klub bola Indonesia yang masih suka ngarep kucuran dana APBD.

Fans bola paling keren itu menurut saya justru fans klub-klub semacam Everton, Torino, TSV 1860 Muenchen, Espanyol, dan Atletico Madrid.

Mengelus Dada karena Omongan Daming dan Tawa Para Anggota DPR

Oleh Yoseph Kelik

(foto diunduh dari 123rf.com)
 
SEORANG pria berusia paro abad menghadap kepada para anggota parlemen republik ini pada Senin, 14 Januari 2013. Tuan dan puan yang ia sowani adalah para anggota Komisi III.

Sang pria paro abad itu sendiri adalah seorang hakim senior, menjabat sebagai pemimpin di sebuah Pengadilan Tinggi di satu provinsi di Luar Jawa. Hal yang membuatnya datang ke Senayan pada Senin itu adalah keharusan menjalani uji kepantasan dan kelayakan di hadapan para anggota Komisi III DPR RI dari.

Sabtu, 12 Januari 2013

Mengenang Tintin dan Sebuah Taman Bacaan

KOMIK serial Tintin nomor 22, Penerbangan 714 ke Sidney
Oleh Yoseph Kelik



MEMBACA Tintin: The Complete Companion  mau tak mau ngingetin saya ke zaman masih duduk di bangku SMP. Masa itu terbilang  masa keakraban terintim saya dengan komik-komik serial Tintin. Kala itu, saya  begitu sering menumpang  baca maupun pinjam untuk dibawa pulang  di  satu taman bacaan sekitar 200 meter dari sekolah saya.

Oh ya, nama taman bacaan itu Hendragiri. Lokasinya tepat di sebelah timur Gereja Katolik Santo Yohanes Rasul Wonogiri, Jawa Tengah. Taman bacaan itu termasuk bagian komplek Susteran Carolus Borromeus (CB) di Wonogiri. Pengeloaan taman bacaan tersebut pun ada di tangan para biarawati Katolik.

Tak cuma komik-komik serial Tintin yang dulu kerap saya baca dan pinjam di taman bacaan yang dengar-dengar sekarang sudah tutup itu.

Tintin, Wartawan yang Nyaris Tak Pernah Mengetik Berita


BUKU Tintin: The Complete Companion edisi bahasa Indonesia
Oleh Yoseph Kelik


PADA pekan pertama dan kedua Januari 2013 ini, saya sedang sedang membaca Tintin: The Complete Companion tulisan Michael Farr. Ini adalah buku panduan dan analisis terhadap serial komik Tintin kreasi komikus Belgia, Herge yang bernama asli Georges Remi. Versi yang saya baca adalah edisi berbahasa Indonesia terbitan 2011 dari Gramedia Pustaka Utama. Buku 205 halaman ini adalah hasil penerjemahan dari edisi berbahasa Inggris cetakan 2001 milik Penerbit Moulinsart.

Tintin: The Complete Companion membahas secara lengkap seluruh komik “anggota keluarga besar” serial bertokoh utama wartawan berambut jambul itu. Farr mengulas secara rinci mulai dari seri pertama terbitan 1929, Petualangan Tintin di Tanah Sovyet, sampai dengan yang  terakhir alias seri kedua puluh empat, Tintin dan Alpha-Art, yang pengerjaannya belum rampung ketika Herge meninggal dunia pada 1983.

Dalam buku panduan ini, hampir setiap seri komik Tintin beroleh satu bab khusus untuk pembahasannya.