Minggu, 03 Februari 2013

Salut Saya untuk Fans Espanyol hingga Torino

Oleh Yoseph Kelik
 
SUPORTER di stadion sepakbola (foto diunduh dari boutiquebargains.com)

SIAPA fans klub sepak bola paling top sedunia? Menurut saya sih pemilik gelar itu bukan fans Real Madrid, Barcelona, atau Manchester United. Bukan pula fans Chelsea, AC Milan, Inter Milan, atau pun Juventus. Lho, kok bisa?

Bagi saya, nggak mengagumkan apa lagi mengagetkan bahwa klub-klub  tadi sangat populer, lalu punya banyak suporter sampai yang kategori penggemar fanatik. Mereka tadi kan klub-klub yang sering banget dapet gelar juara, entah di level domestik, entah di level regional maupun internasional. Pun klub-klub itu tergolong berkasta super tajir, lebih lagi kalau dibandingkan klub-klub bola Indonesia yang masih suka ngarep kucuran dana APBD.

Fans bola paling keren itu menurut saya justru fans klub-klub semacam Everton, Torino, TSV 1860 Muenchen, Espanyol, dan Atletico Madrid.
Hmmm, fans klub-klub bola asal London non Chelsea, Arsenal, Tottenham Hotspur, kayak West Ham United, Fulham, dan kawan kawannya, menurut saya keren juga.

Lalu, kenapa fans dari klub-klub semacam Everton, Torino, Espanyol, TSV 1860, Atletico Madrid, West Ham, Fulham sekawannya saya bilang keren? Soalnya, fans dari klub-klub tadi terbukti eksis dan setia, biarpun klub yang mereka dukung jarang banget atau malah nggak pernah dapat gelar juara. Hebatnya lagi dari para fans tadi, klub pujaan mereka sekota dengan klub lain yang tergolong adidaya. Maksudnya klub adidaya itu klub-klub yang sering juara, kaya raya, sekaligus populer secara global. Contohnya ya kembali merujuk kepada Real Madrid, Barcelona, Manchester United sekaumnya.

Coba bayangkan mental setebal apa yang dipunyai oleh fans Espanyol, yang sekota dengan Barcelona: klub yang kini sedang dianggap memiliki permainan terbaik dan paling menakutkan sedunia? Setebal apa juga mental para fans Torino, yang sekota dengan Juventus: Si Nyonya Besar pemilik gelar Scudetto Seri A terbanyak di Italia, sedangkan Torino sudah sangat lama nggak juara plus tak asing dengan namanya degradasi? Loyal dengan kualitas sehebat apa juga para fans Everton, yang punya tetangga sekota jauh lebih populer lagi lebih banyak gelar seperti Liverpool.

Di sisi lain, fans klub Liverpool terbilang fans klub yang keren juga saat ini. Menurut saya, Liverpudlian sekarang ini lebih keren dari pada sesama mreka dr era 1970-an dan 1980-an. Pas 1970-an dan 1980-an, The Reds wajar jika punya banyak fans. Pada waktu itu, klub berlogo bangau ini kan klub adidaya, sering dapat juara. Awal 1970-an, Liverpool malah pernah bikin hattrick gelar Piala Champions.

Nah, sekarang kondisinya jauh berbeda: Liverpool sedang paceklik gelar selama bertahun-tahun. Biarpun demikian, para fansnya ternyata tetap setia, tetap bikin penuh Anfield. Padahal, Liverpool kini sungguh mesti diakui sebagai sekadar bayang-bayang dari Liverpool era 1970-an dan 1980-an.

Hmmm, soal reputasi terkini, menurut saya Liverpool "berutang" kepada AC Milan. Umpama Rossoneri pas Final Liga Champions 2005 nggak goblok, bisa jaga skor 3-0 hasil babak I, atau paling nggak kebobolan gol balasan sampai 3 di babak II, coba bagaimana kita bakal mengingat reputasi terkini The Reds, paling tidak pada awal abad XXI? Mungkin orang akan mengingat Liverpool sebagai klub yang pernah lolos ke final Liga Champions 2005, tapi kemudian kalah dengan skor telak 0-3. Untung Milan pada malam itu, dengan skuad yang sebenarnya terbaik di era kepelatihan Ancelotti, ternyata sedang menjadi klub yang sedang sangat goblok.

Ada lagi fans yang saya anggap keren, tapi itu dulu, sampai beberapa tahun lalu. Fans tersebut adalah fans Manchester City. Dulu, ketika masih klub miskin, sebelum dibeli para taipan, dan akhirnya jadi klub superkaya milik pangeran negeri padang pasir, saya sangat salut kepada para fans The Citizen. Bayangkan, dulu itu selama si Manchester biru masih miskin, para fansnya selalu jadi korban hinaan sesinis-sinisnya dari para fans Manchester United. Bullying para pendukung Red Devils kepada para pendukung The Citizen itu pun tanggung-tanggung lamanya: hampir empat puluh tahun! Maklum, City semasa itu kan melarat, lama banget nggak juara apa pun, juga sempat beberapa kali degradasi. Biarpun demikian, fans fanatiknya tetap bejibun. Para fans City masa itu benar-benar orang-orang yang tabah.

Kalau sekarang, Manchester City di tangan syech dari Jazirah Arab sudah berubah kaya raya. Bisa dibilang pemain dengan harga berapa pun bisa mereka beli. Gelar juara sepertinya juga lebih mudah datang kepada mereka. Komposis fansnya pun mulai dimeriahkan oleh para glory hunter. Ah, tapi itu wajar kok, dimana ada gelar di situ ada penggemar kan... .
<<<+>>>


CATATAN:
Dikembangkan dari 19 twit di akun Twitter @sephkelik pada 27 Januari 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar