Senin, 28 Mei 2012

Cerita tentang Batik Kuno dari Nurlaini


Oleh Yoseph Kelik
BATIK kapal kompeni tergelar di atas lembaran batik patolah Jambi di
Ruang Tekstil Storage Museum Negeri Jambi (foto oleh Hanif Burhani) 

NURLAINI sang Kepala Seksi Pengelolaan Koleksi Museum Negeri Jambi membuka sebuah laci kabinet di sudut ruang kerjanya. Ia lalu memilih satu renceng anak kunci dari sekian renceng yang ada di dalam laci kabinet tadi.

Lalu, ia mengajak saya, rekan saya fotografer Hanif Burhani, juga Amalia Siregar sang Juara 3 Duta Batik Jambi 2012, untuk berjalan keluar. Kami pun lantas mengekor sosok yang pada Kamis pagi, 29 Maret  2012 itu mengenakan setelan batik warna hijau tersebut. Sepuluh langkah berbelok ke kiri dari ruangannya, Nurlaini berhenti dan menyorongkan anak kunci ke lubang kunci yang ada di pintu di depannya.

"Ini namanya ruang tekstil," ucap wanita paro baya yang lahir dan besar di Sumatera Barat tersebut.

Jumat, 25 Mei 2012

Punya Relief Sejarah Paling Detail di Jambi

(Tulisan tentang Monumen Tentara Pelajar Sriwijaya)



Oleh Yoseph Kelik

MONUMEN TP Sriwijaya di Simpang Sado, Kawasan Pasar, Kota Jambi (foto dari http://jambi.tribunnews.com/2012/05/24/sejenak-menengok-monumen-tentara-pelajar-sriwijaya-berita-foto)

MONUMEN Pelajar Pejuang Tentara Pelajar Sriwijaya demikianlah nama lengkap komplek taman dan monumen seluas 810 meter persegi ini. Warga Kota Jambi yang biasa berkendara maupun berjalan kaki di seputaran Kawasan Pasar tentunya pernah melintas dan melihat monumen tersebut. Pasalnya, lokasi monumen ini ada di tengah Simpang Sado, pertemuan antara Jalan dr Sutomo dan Jalan dr Wahidin. Dengan begitu, si monumen sebenarnya ada di satu jalur lingkar utama Kawasan Pasar.

Minggu, 20 Mei 2012

Butuh Dua Setengah Bulan Membersihkannya

(Tulisan tentang Kanal Kuno Percandian Muara Jambi)


Oleh Yoseph Kelik


DANAU Kelari, bagian dari sistem kanal kuno Percandian
Muara Jambi, pada sisinya yang belum dibersihkan dari enceng
gondok
KANAL menurut situs enskliopedia online Wikipedia berarti saluran air buatan manusia. Bisa sekadar saluran untuk mengalirkan air, bisa juga yang berupa jalur transportasi air alias tempat hilir mudik perahu, rakit, tongkang, hingga kapal.

Sistem pengelolaan air semacam itu sebenarnya sudah menjadi sesuatu yang diakrabi warga Kepulauan Nusantara sejak belasan abad silam. Bukan sesuatu yang cuma ada di Venesia di pesisir Adriatik, jauh di Eropa sana. Keakraban warga kepulauan ini di masa lalu dengan sistem kanal antara lain dapat dilihat di Trowulan (bekas ibukota Majapahit) di Jawa Timur,  di Batujaya  (dipercaya sebagai peninggalan Tarumanagara dari abad IV-VII Masehi)  di Jawa Barat, juga Percandian Muara Jambi di Jambi yang merupakan peninggalan Kerajaan Melayu Kuno dari abad VIII-XI.

Kanal-kanal Muara Jambi sempat terabaikan selama berabad lamanya Endapan banjir dan pasang surut Sungai Batanghari, juga suburnya pepohonan-semak-ilalang, saling berkomplot menyamarkannya dari pandangan mata maupun ingatan. Tak jauh berbeda sebagaimana juga yang terjadi pada bangunan candi-candinya.