Selasa, 20 September 2011

Tanpa Jersey Bukan Penggemar Sejati...

JULUKAN sebuah tim sepakbola kerap berkaitan dengan pilihan warna serta motif kostum kebanggan mereka. Ini berlaku untuk level klub maupun level tim nasional (tim nasional). AC Milan berkostum utama motif strip vertikal selang-seling merah dan hitam, berjulukan I Rossoneri  alias  Si Merah Hitam dalam bahasa Italia; Manchester United berkostum utama kaos merah berjulukan The Red Devils alias Setan Merah;  Liverpool berkostum utama kaos merah- celana merah, berjulukan The Reds; Timnas Prancis dan klub Chelsea berkostum utama kaos biru , masing-masing memiliki julukan Si Biru yakni Les Bleus dan The Blues; Real Madrid yang berkostum utama kaos putih-celana putih memiliki sebutan dalam bahasa Spanyol Castilia, Los Blancos, yang berarti Si Putih.

Kostum tim atau yang lazim disebut sebagai jersey kerap menjadi simbol identitas dan kebanggan sebuah tim, termasuk di mata para penggemar beratnya. Saking cintanya, setiap tim berganti model jersey, biasanya
setahun sekali  jelang awal musim kompetisi baru bagi sebuah klub, atau sekitar dua tahun sekali jelang turnamen penting bagi sebuah tim nasional, maka seorang fans bakal memerlukan diri untuk merogoh kocek dan membeli jersey model serupa.

Seolah sudah semacam dalil bahwa seorang fans mesti memiliki jersey dari tim yang diidolakannya, dan tanpa jersey tak layak menyebut diri sebagai penggemar sejati. Meski, tentu saja "dalil" tadi patut diperdebatkan. Soalnya, gonta-ganti jersey jelas merupakan bagian dari pencitraan plus marketing sebuah tim sepakbola.

Jersey yang dibeli seorang fans tentu saja tergantung tebal kantong serta jaringan yang dipunyai si penggemar. Bisa jadi itu sekadar jersey imitasi, abal-abal, alias tiruan murah tanpa lisensi dari produsen peralatan olahraga, apparel resmi si tim sepakbola. Bisa jadi sudah merupakan replika keluaran dari apparel resmi. Beberapa yang beruntung dan ulet malah dapat jersey langka colectible jatah pemain asli.

Namun, terkadang juga ada jersey yang kurang disenangi fans. Itu biasanya karena jersey tersebut dinilai para fans justru kurang mencerminkan identitas tim. Contoh dari hal ini adalah jersey kandang Chelsea musim 2010/2011 yang dikomplain fans karena mengadopsi kerah dengan aksen warna merah, juga jersey kedua Timnas Inggris pada Piala Eropa 1996 yang dianggap jelek karena berwarna abu-abu.

Dari Jakarta
Di Kota Jambi ini, tempat saya bekerja sejak Desember 2009, banyak juga, penggemar sepakbola yang doyan membeli dan mengoleksi jersey. Biasanya itu karena mereka fans suatu klub sepakbola, yang sekitar setahun terakhir memang mulai menjamur di sini.

Hampir dua bulan silam , saat berbincang dengan Yuda dan Farhan, keduanya merupakan penggiat dari komunitas fans Manchester United di Jambi, yakni United Indonesia Chapter Jambi, ternyata koleksi jersey Manchester United mereka lumayan. Yuda punya paling tidak memiliki 30 jersey aneka kelas dari era 1990-an akhir hingga sekarang, tiga di antara jersey-nya merupakan replika original dari apparel resmi Manchester United ; Farhan memiliki 13 jersey aneka kelas dengan tiga di antaranya tergolong replika original.

"Biasanya kalau beli yang ori itu di Nike Store di Jakarta, biasanya nitip teman," kata Yuda. Untuk kaos berkategori ori alias replika original produk apparel resmi klub biasanya berharga di atas setengah juta rupiah. Bakal kian mahal jika ada print nama dan nomor punggung pemain, juga patch semacam logo Liga Champions atau event lainnya contohnya di lengan.

"Kalau beli di Jambi, biasanya beli jersey-nya di Lapak Kecil," sambung Yuda seraya menyebut sebuah kios penjual asesoris sepakbola di Lorong Remaja, Simpang Kawat, Jambi. Namun, jersey di kios tadi merupakan versi non original, yakni dari jenis Multisport berbanderol Rp 45 ribu kerap sampai yang disebut para penggila Jambi sebagai KW Grade A atau barang Thailand berbanderol hingga sekitar Rp 200 ribu. Namun, kualitas barang-barang di kios milik Mardinan Abgraha tersebut secara umum sudah bagus secara tampilan.

Lebih lagi yang Grade A alias Barang Thailand, nyaris tak ada beda dengan jersey replika asli keluaran apparel resmi. Tiap jersey ada logo apparel semacam Adidas dengan Climacool-nya, juga Nike dengan Dryfit-nya.

"Cuman memang kalau Adidas atau Nike asli kalau bikin nomor serinya dak ado samo, ini nomor seri samo," kata Inan dalam dialek Jambi seraya sedikit tergelak ketika ditemui saya temui pada Selasa, 31 Mei 2011 sore.

Sampai Rp 2,5 Juta
Sore selang sehari kemudian, saya  ganti berbincang dengan dua anggota Arsenal Indonesia Supporter (AIS) Regional Jambi. Mereka adalah Jeffrey dan Andes . Keduanya sama-sama pengoleksi jersey.

"Ini hasil dari nitip saudara yang dulu pergi ke London, jadi belinya langsung di toko resmi di sana," kata Jeffrey yang membawa jersey kandang Arsenal dari musim 2008/2009. Untuk mendapatkan kostum replika asli tadi, Jeffrey berkata mesti merogoh kocek sekitar Rp 700 ribu.

"Kalau saya pernah dapat tawaran suruh beli kaos home Arsenal musim 2010/2011. Ada nama dan nomor punggungnya, Theo Walcott. Katanya memang asli bekas. Tapi, nggak jadi saya beli. Kemahalan, nawarnya dua setengah juta. Kalau sejuta gitu saya masih berani," kata Andes tentang transaksi yang sempat dia lakukan via online beberapa waktu lalu. (yoseph kelik)


PS: Glosarium Soal Jersey

PI  (Player Issued/Player Spec): jersey yg memang khusus didesain untuk dipakai pemain turun bertanding.
MI (Match Issued/Match Prepared) : jersey yang disiapkan untuk dipakai turun bertanding, tapi belum jadi dipakai.
MW (Match Worn): jersey bekas dipakai langsung bertanding oleh pemain.
Replica/Replika: jersey keluaran apparel resmi untuk kepentingan penjualan massal (merchandise)
Formotion: jersey dengan spesifikasi di atas versi replica.
Patch : tempelan di lengan jersey,biasanya buat suatu kejuaraan
Signed Shirt: jersey yang ditandatangai pemain.
Mint: jersey dalam kondisi bagus karena tidak pernah atau nyaris tidak pernah dipakai.
KW: tiruan, non produk apparel
(yoseph kelik, dari berbagai sumber di internet)


*Pernah dimuat di Tribun Jambi pada Minggu, 5 Juni 2011
*Foto oleh Hanif Burhani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar