Rabu, 21 September 2011

Jangan Sampai Hati Terlalu Terforsir untuk Membuangnya


MENGONSUMSI multivitamin dan suplemen makan menjadi bagian lazim dalam kehidupaan manusia zaman ini. Multivitamin menjadi pilihan instan, mudah, juga lengkap untuk memeroleh asupan beraneka vitamin dan mineral. Cukup telan atau tenggak sesuai dosisnya, maka kebutuhan tubuh paling tidak dalam sehari pun langsung tercukupi. Ini konon bakal sangat membantu menjaga vitalitas badan pengonsumsinya, juga tentunya membantu menjalankan seabreg aktivitas.

Soal mengkonsumsi multivitamin dan suplemen makan ini pun lantas menjadi gaya hidup yang citra positifnya direproduksi melalui media massa. Maka,
bukan sesuatu yang aneh  jika orang lantas menemukan visualisasi dalam iklan, baik di media elektronik  maupun media cetak tentang penting dan menariknya multivitamin.

Dalam iklan produk X (bukan sebuah inisial yang merujuk ke merk tertentu  ya...) yang banyak mengandung vitamin C dan B, seseorang digambarkan letih dan berwajah kuyu, tapi lantas berubah menjadi segar, bersemangat, dan akhirnya berhasil merampungkan pekerjaan yang semula ia kesulitan mengerjakannya. Dalam iklan lain, seseorang digambarkan tidak terimbas serangan penyakit orang sekitarnya karena telah meminum multivitamin merk Z (sekali lagi bukan sebuah inisial yang merujuk ke merk tertentu ya...) yang berkadar vitamin C tinggi. Dalam iklan produk C yang tinggi kandungan kalsiumnya, perempuan pengonsumsi produk tersebut lantas disebut bakal terhindar dari risiko kekeroposan tulang secara dini. Alhasil, multivitamin dan suplemen makanan yang biasanya memiliki kemasan menarik itu pun akhirnya menjadi semacam panasea pengobat maupun penangkal berbagai keluhan kesehatan masyarakat.  

Namun, yang masih harus diingat, itu semua bagaimanapun iklan. Ada sejumlah bagiannya yang ditujukan tentu saja untuk promosi. Saya rasa, jadi jalan terbaik sebagai sebagai orang awam dalam mengenal multivitamin adalah menanyakan langsung ke mereka yang bekerja di lingkungan kesehatan, dokter atau ahli gizi.

Saya sendiri pernah melakukannya setahun silam. Pihak yang saya tanyai adalah dua tenaga kesehatan di di Kota Jambi. Mereka adalah Benget Sihotang, ahli gizi Puskesmas Tanjungpinang, serta dr Cici Lia Nopita, rekan sekerja Benget di Puskesmas Tanjunginang juga. Keduanya intinya mengingatkan bahwa mengonsumsi multivitamin mesti dilakukan secara bijak.

"Kenyataannya, tawaran konsumsi vitamin dalam produk supleman jauh melebihi kebutuhan seseorang dalam sehari, " kata wanita paro baya berkacamata itu kepada saya yang bertamu ke kantornya pada Sabtu, 14 Agustus 2010 siang. Benget lantas mengutip suatu rincian daftar asupan vitamin per hari dalam sebuah buku miliknya.

Dalam daftar yang disebutkan Benget, antara lain disebutkan bahwa kebutuhan per hari vitamin C adalah 30 sampai dengan 45 miligram untuk golongan anak-anak, lalu 50 sampai dengan 60 miligram untuk orang dewasa. Kebutuhan per hari vitamin A adalah 300 sampai dengan 460 IU untuk anak-anak dan 500 sampai dengan 700 IU untuk dewasa. Kebutuhan per hari vitamin D adalah 7,5 sampai dengan 10 gram untuk anak-anak serta 5 hingga 10 gram untuk dewasa. Kebutuhan per hari vitamin E adalah 3  sampai dengan 7 miligram bagi anak-anak serta 8 sampai dengan 10 miligram untuk orang dewasa. Kebutuhan per hari vitamin K bagi golongan anak-anak adalah 5 sampai dengan 30 gram, sedangan bagi kategori dewasa adalah  45 hingga 80 gram.

Untuk rangkaian keluarga vitamin B, rinciannya adalah sebagai berikut. Vitamin B1 alias thiamin per harinya dibutuhkan oleh anak-anak sebanyak 0,3 miligram, sedangkan bagi orang dewasa adalah antara satu sampai dengan 1,2 miligram. Vitamin B2 alias riboflavin per harinya dibutuhkan anak-anak sebesar 0,3 sampai dengan satu miligram, sedangkan kebutuhan per hari orang dewasa adalah sekitar satu hingga 1,5 miligram. Vitamin B3 atau niasin per harinya dibutuhkan anak-anak sebanyak dua hingga sembilan miligram dan dibutuhkan orang dewasa sebanyak delapan hingga 12 miligram. Vitamin B12  per harinya dibutuhkan anak-anak sebesar 0,1 sampai dengan 0,9 gram, sedangkan orang dewasa membutuhkannya dalam takaran satu gram.

Benget lantas mengambil contoh kandungan vitamin C yang ditawarkan oleh produk multivitamin dan supelemen makanan yang biasanya berada di angka 250 miligram, 500 miligram atau 1000 miligram. Dengan kebutuhan riil yang hanya mencapai sebesar 30 sampai dengan 60 miligram, maka multivitamin dan suplemen makanan ternyata menawarkan jumlah asupan sebesar sekitar lima hingga 20 kali lebih banyak.

"Kebutuhan di saat sakit pun sebenarnya hanya 10 hingga 20 persen lebih banyak dari kebutuhan sehar-hari," kata Benget. Untuk vitamin C, kebutuhan 30 sampai dengan 40 miligram dalam sehari sebenarnya dapat terpenuhi oleh 100 gram pisang, pepaya, atau jeruk. Lagi pula, memeroleh vitamin dari bahan alamiah sebenarnya sekaligus menghindarkan diri dari efek samping bahan pewarna, pengawet, serta pemanis

Tentang konsumsi multivitamin tersebut, dr Cici Lia Nopita berpendapat bahwa asal asupan makanan cukup, multivitamin sebenarnya tak perlu. Menurut dokter berjilbab ini, asupan cukup itu berarti tubuh memeroleh porsi karbohidrat, protein, vitamin dan mineral dalam porsi cukup dalam sehari. Ini berarti dalam sehari ada tiga porsi karbohidrat, tiga porsi lauk berprotein, dua hingga tiga porsi sayur dan buah, serta segelas susu.

Kelebihan vitamin yang larut dalam lemak semacam A,D, E, dan K memang dapat disimpan di hati. Namun, itu pun tidak dapat seluruhnya. Kalau kelebihannya terlalu banyak, maka hati akan terforsir bekerja keras untuk membuangnya.

Lebih lagi, pada kelebihan vitamin B dan C yang memang tidak dapat disimpan. Kelebihannya setiap hari mesti dibuang oleh ginjal. Alhasil, jika surplus hariannya mesti sampai hingga 20 kali, maka ginjal pun akan dipaksa membuang kelebihan tersebut dengan kerjal lebih berat yang sebanding. Efek buruknya yang ditakutkan jika hal ini dibiarkan terus menerus adalah degenerasi organ dalam semacam hati dan ginjal yang jauh lebih dari seharusnya. (yoseph kelik)

*Artikel ini sebelumnya pernah dimuat sebagian besar bagiannya di Tribun Jambi, pada Minggu, 22 Agustus 2010
* Foto ilustrasi diambil di http://iyan-design.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar