HALAMAN muka Manchester Evening News, 9 Mei 2013, edisi khusus pensiunnya Sir Alex Ferguson (foto diambil dari digitalspy.co.uk) |
MINGGU,19 Mei 2013 bakal jadi satu tanggal yang diingat fans Manchester United sampai bertahun-tahun ke depan. Sir Alex Ferguson menjadikan pertandingan Liga Primer Inggris antara United versus West Bromwich Albion sebagai laga terakhirnya selaku seorang manajer klub sepakbola. Setelah 26 tahun menukangi Sang Manchester Merah, Fergie akhirnya memutuskan pensiun.
Hmmm...kini barangkali banyak manajer dan pelatih klub-klub lain pesaing Manchester United bisa menarik nafas lebih lega. Terbayang akhirnya bahwa kerja mereka bakal lebih ringan he...he...he... .
38 dan 11
Sir Alex memang sosok yang pastinya memusingkan para manajer dan pelatih rivalnya. Itu pun berlangsung bertahun-tahun. Ingat ya, capaian gelar juara aneka event Sir Alex untuk Man U selama 26 tahun adalah 38 trofi.
Lalu, jika memerhitungkan seluruh prestasinya selama berkarir sebagai manajer sepakbola, tak cuma di Man U, tapi juga di dua klub sebelumnya yakni Aberdeen dan St Mirren, maka pria Skotlandia tersebut tercatat telah memenangkan 49 trofi dalam 39 tahun.
Dengan prestasi yang berhiaskan 49 trofi, Sir Alex kiranya pantas disebut sebagai representasi cerita sukses kompetisi sepakbola Britania Raya. Itu karena 4 lusin lebih piala tersebut terkumpul sekaligus dari kancah sepakbola Inggris maupun Skotlandia. Dari kancah sepakbola Inggris ada 38 trofi, sedangkan dari kancah sepakbola Skotlandia ada 11 gelar juara.
Enam Poin Spesial
Sir Alex pun punya enam poin spesial berkenaan dengan koleksi gelar juaranya. Karena tercatat telah memberi 13 gelar juara Liga Primer Inggris bagi Man U, maka Sir Alex merupakan manajer pemenang terbanyak Liga Primer Inggris di kubu Manchester Merah. Sebelum dimanajeri Sir Alex, Man U tercatat cuma punya 7 gelar juara kasta tertinggi Liga Inggris. Inilah poin spesial yang pertama.
Poin spesial kedua dan sekaligus paling tiada terlupakan dari prestasi Sir Alex di Man U tentu saja raihan treble di penghujung musim 1998/1999: juara Liga Primer Primer, juara Piala FA, juga juara Liga Champions. Kian memorabel lagi karena kemenangan di Liga Champions musim tersebut didapat dalam sebuah final yang teramat dramatis. Taktik racikan Sir Alex mampu mengantar Man U memecundangi Bayern Muenchen dengan skor 2-1. Hebatnya, dua gol Man U baru tercipta pada injury time, ketika kemenangan sebenarnya sudah di ujung hidung para pemain FC Hollywood. Alhasil, kini ada istilah Fergie time sebagai padanan terma injury time.
Poin spesial ketiga prestasi Sir Alex, yang datang mengikuti pencapaian treble, adalah gelar-gelar juara antar benua bagi Man U. Lemari piala Man U atas hasil kerja keras Sir Alex memang memiliki koleksi sebuah trofi Intercontinental Cup dan satu trofi FIFA Club World Cup.
Menengok ke belakang, ke masa Fergie masih berkutat di wilayah sepakbola Skotlandia, prestasi pria kelahiran 31 Desember 1941 tersebut tak kurang memiliki poin spesial. Suami dari Cathy Holding Ferguson itu adalah seorang yang mampu mengantar Aberdeen menginterupsi duopoli Glasgow Celtic & Glasgow Rangger di Liga Skotlandia. Di dalam kendali Fergie yang berlangsung delapan tahun, Aberdeen yang semula klub semenjana mampu menyabet delapan trofi domestik Skotlandia. Rincian delapan gelar itu adalah tiga kali juara Liga Primer Skotlandia, empat kali kampiun Piala Skotlandia, serta sekali merajai Piala Liga Skotlandia. Inilah poin spesial keempat
Luar biasanya lagi, sebagai poin spesial kelima, Fergie juga terbukti cakap memimpin Aberdeen bertarung di level Eropa. Hasilnya moncer. Pada musim 1982/1983, Aberdeen yang berjuluk The Dons menjuarai Piala Winners. Tahu klub apa yang dipecundangi Aberdeen dengan skor 2-1 dalam perebutan trofi tersebut? Jawabannya adalah Real Madrid, satu di antara klub yang terbilang paling sukses dan paling kaya di dunia. Masih pada tahun 1983, Fergie dan Aberdeen meneruskan raihan prestasi Piala Winners dengan gelar Piala Super Eropa, menggebuk wakil dari Jerman, Hamburger SV.
1,46 dan 1,26
Poin spesial keenam dari prestasi Sir Alex adalah rata-rata perolehan gelar juaranya. Dengan 38 trofi selama 26 tahun di Man U, maka jika dirata-rata Fergie mampu memenangkan 1,46 trofi setiap tahunnya. Untuk keseluruhan karirnya, ayah tiga putra itu rata-rata memenangkan 1,26 trofi per tahun.
Rata-rata 1,46 per tahun di Man U, juga 1,26 per tahun untuk keseluruhan karir, sungguh bukan angka sembarangan. Itu merupakan petunjuk bahwa Sir Alex merupakan seorang manajer yang konsisten dalam soal berprestasi. Secara rekapan total, Sir Alex adalah manajer yang setiap tahunnya mampu menyumbang satu trofi atau bahkan lebih kepada klub yang ditanganinya.
Menurut saya, seorang manajer sepakbola yang memiliki rata-rata perolehan gelar juara per tahun di angka 1, hingga kisaran satu koma, pantas mengklaim diri sebagai pelatih hebat. Dalam soal perebutan gelar juara di berbagai kompetisi dan turnamen selalu kompetitif dan terperhitungkan. Sungguh dimungkin untuk memenangkan satu piala dalam setahun. Jika suatu tahun ia absen menyumbang trofi, maka musim berikutnya ia sanggup merapel dua trofi atau lebih.
Dalam semua hal tadi hal, Sir Alex terbukti paripurna. Ia sanggup menunjukkan diri mampu menjadi manajer kompetitif sepanjang nyaris separo abad. Hebatnya lagi, angka-angka perolehan gelar juaranya di setiap klub yang ditanganinya selalu pula meningkat. Ketika di klub gurem St Mirren, rata-rata angka perolehan gelar Fergie cuma 0,5 per tahun. Ketika di Aberdeen, rata-rata perolehan gelar juara Sir Alex bisa menanjak ke 1,25. Begitu di Man U, rata-rata perolehan gelar juara Sir Alex dapat meningkat 0,26 dari angka rata-rata selama di Aberdeen.
Durabel
Sekian statistik sederhana tadi juga membuktikan jika Sir Alex adalah pribadi yang sanggup selalu memerbaharui kemampuan manajerial serta kepelatihannya. Allhasi sanggup menghadapi aneka macam tantangan persaingan dari berbagai tipe manajer baru yang menjadi kompetitornya.
Sungguh tak banyak manajer sepakbola yang sedurabel Sir Alex saat ini. Kini, kita lebih sering melihat manajer dan pelatih sepakbola yang prestasinya turun naik: banyak memenangkan trofi ketika di suatu klub, namun ketika berpindah menangani klub lain lantas flop.
Namun, beruntung juga Sir Alex membangun karir manajerial dan kepelatihannya sejak 1970-an. Beruntung pula ia bekerja untuk klub-klub bertradisi kuat lagi penyabar seperti Aberdeen dan Manchester United. Aberdeen betah memakainya selama sewindu. Sang Manchester Merah memercayakan setir klub kepadanya sampai seperempat abad lebih, termasuk tak terburu memecatnya pada tiga tahun pertama yang berbuah gelar.
Sekarang, kursi manajer klub kian panas serta kian susah diduduki untuk waktu lama. Kita makin sering menemukan manajer klub sepakbola kehilangan jabatannya meski baru setahun atau bahkan beberapa bulan bekerja di suatu klub. Ya, rekam jejak Sir Alex di Manchester United, 26 tahun melatih dan memberi 38 gelar, sepertinya memang tak akan terlampaui oleh pelatih lain. Kecuali mungkin jika Arsene Wenger akhirnya kembali memberi piala demi piala kepada Arsenal, dan sang profesor pun masih betah terus berlama-lama di Emirates Stadium.
CATATAN:
Dikembangkan dari kultwit di akun twitter @pingsoetF131 pada Senin malam, 13 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar