![]() |
BOHLAM yang kerap menjadi simbol dari ide (foto dari telegraph.co.uk) |
Semua tadi berlangsung pada tahun-tahun di kuartal terakhir abad XIX. Kala itu, berkah penerangan oleh listrik belumlah jadi menjadi suatu konsumsi massal, apa lagi global. Karena itu, apa yang diperbuat si ilmuwan bagi si kota kecil adalah layaknya mukjizat.
Bahkan si pria jenius tak cuma berhenti membuat mukjizat berupa penerangan listrik atas sebuah kota. Konon, ia bahkan membangun suatu mesin ajaib, yang mampu memindahtempatkan barang maupun makhluk hidup dengan memanfaatkan sengatan listrik.
Sayangnya, aneka eksperimen si ilmuwan di kota kecil tadi kudu terhenti. Ia harus pergi meninggalkan kota itu. Semua gara-gara ulah seorang pria ilmuwan lain, pesaingnya, sekaligus mantan mentor dan bekas atasannya.
Runtutan cerita tadi menjadi bagian dalam film The Prestige: disutradari Christopher Nolan, dibintangi mulai dari Hugh Jackman, Christian Bale, Scarlett Johansson, Michael Caine, hingga David Bowie. Kisah utama film tersebut sebenarnya adalah rivalitas dua pesulap asap Inggris dalam menguasai trik berpindah tempat dalam sekejap. Nah, kisah perseteruan dua ilmuwan di kota kecil di tengah Amerika Utara adalah sisipannya. Pasalnya, dalam upaya menciptakan trik berpindah tempat yang sesempurna mungkin, satu di antara dua pesulap asal Inggris itu berusaha memanfaatkan jasa ilmuwan yang bereksperimen dengan jaringan listrik di kota kecil di tengah Amerika Utara. Apa lagi kalau bukan menggunakan mesin ajaib yang konon berhasil diciptakan oleh sang ilmuwan.
![]() |
POSTER film The Prestige (foto dari deviantart.com) |
![]() |
THOMAS Alva Edison dan Nikola Tesla (foto dari contentequalsmoney.com) |
*
Good ArtistDua puluh empat tahun setelah kematian Edison, juga dua belas tahun setelah kematian Tesla, lahirlah seorang bayi laki-laki pada 1955. Kelak, si bayi laki-laki ini akan tumbuh menjadi inovator tersohor di bidang teknologi. Namanya begitu dikenal orang-orang sejagat pada akhir abad XX dan awal abad XXI: Steve Jobs.
Suatu kali, Steve Jobs pernah berucap “good artist copy, great artist steal”. Itu terekam dalam Triumph of The Nerds, sebuah film dokumenter yang dirilis pada 1996 dan bertutur tentang sejarah komputer personal sejak dekade 1970-an. Sebagaimana “stay hungry, stay foolish”, kalimat dengan enam kata tadi akhirnya menjadi satu di antara sekian quotes masyhur dari Steve Jobs.
Namun, tahukah anda bahwa kalimat dengan enam kata tadi sesungguhnya bukan ciptaan orisinal Jobs. Pria kelahiran San Fransisco itu sejatinya cuma mengutip satu ucapan maestro pelukis aliran kubisme, Pablo Picasso, bertahun-tahun sebelumnya. Hanya saja, menurut saya, “good artist copy, great artist steal” tetaplah satu ucapan yang mampu menukilkan spirit kreatif seorang Steve Jobs.
Omong-omong dalam kalimat enam kata tadi Jobs tampak menganggap tampak bahwa mencuri sebagai tindakan yang mengungguli tindakan menyalin alias menjiplak. Apa ini artinya Jobs seorang yang menghalalkan dan menyarankan tindakan plagiasi atau bahkan mendaku karya cipta orang lain?
Cara pas memahami sabda “good artist copy, great artist steal” agaknya dengan merunut aneka produk yang diberikan Jobs kepada dunia, yang pula telah memoncerkan namanya. Jobs ternyata bukan pencipta perdana semua hal itu:
bukan Apple yang merupakan komputer personal pertama, melainkan IBM 610…
bukan Macintosh yang merupakan komputer personal pertama dengan graphical user interface dan mouse, melainkan Xerox Alto…
bukan iPod yang merupakan pemutar musik digital portabel pertama, melainkan The Audio Player…
bukan iTunes Store yang merupakan toko musik daring pertama, melainkan IUMA…
bukan iPhone yang merupakan ponsel cerdas berlayar sentuh pertama, melainkan Simon…
bukan iPad yang merupakan komputer sabak elektronik pertama, melainkan Dynabook…
Begitu pula dalam perihal bagaimana Jobs merevolusi wajah film lepas animasi pada medio 1990-an, yakni melalui film-film produksi Pixar: Toy Story dan kawan-kawannya, yang memberi publik pilihan cerita alternatif selain adaptasi dongeng klasik ala Disney semacam Aladdin atau Beauty of The Beast. Pada dasarnya Jobs banyak meneruskan apa yang telah dikerjakan George Lucas ketika Pixar masih menjadi bagian Lucas Computer.
![]() |
STEVE Jobs dan karya-karyanya (foto dari magazynt3.pl) |
Tak Leter Lek
Rupanya “steal” alias “mencuri” yang dimaksud Jobs mesti ditafsir secara tak leter lek. Hal yang perlu dicuri bukanlah karya orang lain secara mentah-mentah. Hal yang perlu untuk dicuri sebenarnya adalah gagasan. Dari situ datang tafsir ulang yang termanifestasi dalam wujud baru, fungsi baru, juga pengalaman baru. Hasilnya adalah suatu penyempurnaan yang berkali lipat lebih memikat hati dari karya yang “dicuri” gagasan di sebaliknya.
Bagian terpenting dari mencuri gagasan ala Steve Jobs adalah perhatian sungguh kepada detail. Merujuk kepada buku Steve Jobs: Otak di Balik Kesuksesan Apple tulisan Hermawan Aksan, Jobs percaya bahwa desain yang bagus sama pentingnya dengan teknologi bagus. Perhatian yang dicurahkan Jobs kepada desain memang berada pada porsi yang melampaui perhatian perusahan-perusahaan hi-tech umumnya. Sebagaian besar perusahaan hi-tech tidak serius menggarap desain. Mereka memerlakukan desain sebagai sebagai hal yang bisa dipikirkan belakangan.
![]() |
BUKU Steve Jobs: Otak di balik Kesuksesan Apple (foto dari bukalapak.com) |
![]() |
BUKU Inside Steve's Brain (foto dari bookoopedia.com) |
Steve Jobs memang telah meninggal pada 5 Oktober 2011. Namun, ingatan kepada nama serta pencapaiannya tampaknya akan berumur berlipat-lipat lebih panjang dari usia hidupnya, juga lebih panjang dari aneka piranti buatannya. Generasi Y dan Generasi Z, juga generasi-generasi sesudahnya, kiranya bakal terus mengingat Steve Jobs. Sebagaimana orang-orang dari medio abad XIX hingga medio abad XX juga sangat mengingat nama Thomas Alva Edison dan Nikola Tesla, mengidentikkan mereka dengan penemuan.
<<<+>>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar