Kamis, 22 Maret 2012

Ternyata Terinfeksi Black Swan


Oleh Yoseph Kelik


FOTO dari gramediashop.com
SAYA punya buku tulisannya Nassim Nicholas Taleb, The Black Swan. Saya membelinya sekitar 2,5 tahun lalu di Bandung, cuma sehari sebelum diberangkatkan bertugas ke Jambi. Seingat saya, buku itu saya beli di Toko Buku Gramedia Bandung Super Mall alias BSM. Waktu itu, Gramedia di BSM lagi ulang tahun dan ada promo diskon gede untuk buku-buku di sana.

The Black Swan itu buku dengan 400 sekian halaman. Dua tahun lebih memilikinya ternyata nggak sampai setengahnya yang kelar terbaca. Kalau diinget-inget, saya berjuang membaca The Black Swan itu selama sekitar dua bulan, kurang lebih setengah tahun jaraknya sehabis beli. Saya sebut berjuang membaca karena saya memang sungguh keteteran untuk membacanya. Haduuuh..., sungguh enakan baca komik-komik Tintin-nya Herge atau baca travelogue The Naked Traveler jilid 1-3 tulisannya Trinity. He...he...he... maaf sekali Mr Nassim Nicholas Taleb kalau saya mengomparasikan The Black Swan anda dengan buku-buku yang sebenarnya berbeda kelas... .

The Black Swan itu buku yang datang dari pengalaman Taleb sebagai seorang pemain investasi, trader di Wall Streett. Tapi, ya ampun, menurut saya,  The Black Swan  ini jadi buku yang sangat filsafat.

Secara pribadi, saya tidak menggolongkan bukunya Mr Taleb ini sebagai buku bagus, apa lagi buku favorit saya. Kalau saya pikir-pikir lagi, agaknya saya dulu membelinya karena banyak terjebak resensi d koran, juga promo toko buku. Perlu sedikit saya ingatkan lagi,  The Black Swan  ini dulu di Toko Buku Gramedia BSM termasuk buku yang didiskon 30 persen. Itu karena versi terjemahan bahasa Indonesianya merupakan buku terbitan Gramedia Pustaka. Kadang pun kalau lihat buku itu di lemari, saya jadi gondok. Pertanyaan 'kenapa dulu sampai beli ya?' berseliwean di benak. Soalnya, harga Black Swan lumayan juga sih. Banderol aslinya Rp 80 ribu. Kena diskon 30 persen pun, harga belinya msh lebih dari Rp 50 ribu. Sekarang, kalau pas nengok buku itu ada lemari, saya sering bingung. "Baca lagi g ya?" Pikiran seperti itu sering banget muncul di kepala sesudahnya. Tapi, saya selalu nggak yakin juga bakal cukup sabar menekuni halaman demi halamannya, yang tak renyah.

Biarpun nggak sampai khatam membacanya. Isi buku bersampul putih itu ternyata nancep di kepala saya, lebih dari yang saya duga. Oh ya, isi Black Swan itu  seingat saya soal pandangan Taleb ttg probabilitas, hingga ringkihnya pilihan tehadap prediksi maupun upaya pencarian pola.  Dalil utama buku itu tergambar dari kalimat "cukup dengan mnuculnya seekor angsa hitam, maka anggapan umum selama ini bahwa tak ada angsa hitam bakal rontok, tak berlaku lagi. Menurut Taleb dalam bukunya ini, yang pasti itu adalah keacakan peristiwa dan ketidakpastian. Pokoknya, rasionalisasi manusia terhadap suatu fenomena itu sebenarnya penuh kelemahan. Dari sini terbayang kan rumitnya isi buku yang ratingnya 3,72, dari rating maksimal 5, di situs jejaring sosial para pembaca buku goodreads ini.

Membaca dalil semacam itu sebenarnya bikin saya ngeri. Rasanya kok skeptis sekali ya...tapi teryata pemikiran Taleb, soal begitu lemahnya kita menghadapi ketidakpastian ini, lalu jadi masuk banget di kepala saya.

Secara pribadi sih, saya orang yang percaya kepada free will alias kehendak bebas: apa yg kita dpt itu hasil dr apa yg kita usahakan. Tapi, saya memang juga percaya bahwa kehendak bebas seseorang akhirnya tak akan berlaku 100 persen karena adanya kehendak bebas org lain. Pilihan tindakan dari orang-orang lain di sekitar kita itu selalu berpotensi menjadi suatu "black swan", yang merontokkan hasil idaman dari pilihan-pilihan tindakan kita.

Rupanya, gara-gara terpengaruh pemikiran "black swan" ala Taleb itu, saya pernah terlibat debat lumayan panjang dengan dua teman sekantor dan semess tempat tinggal di Jambi. Itu berlangsung pada suatu tengah malam, hampir dua tahun silam. Dua teman tadi sekarang nggak lagi sekantor dengan saya.

Dua teman saya itu cukup pcaya bahwa hidup bakal selalu berisi hal positi,f jika memang dipandang dengan positif, alias juga penuh optimisme. Pokoknya dua temansaya itu cukup mengimani cara berpikir sebagaimana yang sekarang kerap diajarkan para motivator seperti Pak Mario Teguh dan kawan-kawannya. Nah, dalam obrolan tengah malam itu, cara bepikir penuh optimisme dr dua kawan saya itu mengalami tubrukan dengan cara pandang saya, yang ketika sedang sangat terpengaruh dengan "black swan"-nya Nassim Nicholas Taleb.

Dua teman saya itu mengangap saya terlalu pesimistik. Sebaliknya, saya ketika itu omong kalau pandangan optimistik ala mereka itu bisa langsung berantakan kalau suatu hari muncul si "black swan" alias hal negatif yang tidak diingikan maupun tak terduga.

Saya sih nggak bisa juga bilang siapa yang lebih benar dalam perdebatan malam itu.  Saya kali ini nulis soal "black swan", juga obrolan dengan teman  dua tahun lalu itu, lebih gara-gara baru saja baca buku What The Dog Saw-nya Malcolm Gladwell. Soalnya di dalam buku itu ada satu bab yang bercerita tentang Nassim Nicholas Taleb dan pemikirannya tentang "black swan".

Jadi apa saya seorang memang sangat percaya kepada konsep "black swan" ala Taleb. Hmmm, gimana ya? Saya ini sendiri sih, kalau memandang diri saya, adalah orang yang cenderung eklektik bin sinkretis soal pemikiran-pemikiran seperti itu tadi. Saya tetap percaya bahwa optimisme ketika melakukan suatu tindakan itu penting. Cuma menurut saya, tetap harus ada kehati-hatian, supaya "black swan" tak lantas muncul dan merontokkan apa yang kita rencanakan maupun percayai. Ah, sebut saja saya sebagai orang yang takut bertaruh banyak ketika berjudi... .



CATATAN: Tulisan ini dikembangkan dari 20 tweet saya di akun Twitter @sephkelik pada Kamis, 22 Maret 2012, antara pukul 02.24 sampai dengan 03.37.

1 komentar:

  1. Saya baca buku ini juga bertahun tahun yang lalu dan sudah khatam beberapa hari setelah membeli (tidak bermaksud menyombong, kebetulan saya ada banyak waktu saat itu).... Sebenarnya inti dari buku ini adalah bersiap2 terhadap ketidakpastian karena tidak ada yang namanya kepastian yang benar2 pasti... Manusia seringkali mencoba meramalkan kondisi masa depan menggunakan kondisi masa lalu, melalui metode matematika dan statistika kita dapat membuat model canggih dari sebuah sistem. Contohnya meramalkan pertumbuhan penduduk, meramalkan pertumbuhan perusahaan, meramalkan cuaca, dll... Masalahnya seringkali model2 matematis ini didasarkan pada sebaran gaussian atau distribusi normal dimana nilai rata-rata umumnya mendominasi... Pak Taleb melalui buku ini mengkritik pendekatan peramalan macam itu, karena menurut beliau seringkali alam mengeluarkan blackswan, apa itu blackswan? blackswan adalah sesuatu yang tidak terduga yang berada pada ekor distribusi gaussian (ekor kanan maupun kiri) dimana seharusnya kemungkinan munculnya lebih kecil daripada sesuatu yang berada di wilayah tengah tapi tiba2 muncul tanpa bisa diprediksi.... Dalam buku ini pak Taleb memaparkan bagaimana sistem yang ada saat ini tidak siap pada kejadian blackswan yang tidak terduga tersebut dan pak Taleb membahas bagaimana kita mengantisipasi hal tersebut... Cara yang beliau tawarkan dibahas pada buku selanjutnya dengan judul Antifragility.... Buku ini sangat menarik dan sangat berguna bagi praktisi yang suka ramal meramal dan memprediksi (bukan dukun atau paranormal loo yaa) seperti ekonom, statistikawan, dan peneliti lain yang berkepentingan memprediksi kondisi di masa yang akan datang untuk mengambil kebijakan strategis.....

    BalasHapus