AKSI Solidaritas Damai untuk Selamatkan Kawasan Percandian Muara Jambi, di Bundaran Air Mancur Telanaipura, 26 Februari 2012 |
KATA para ahli ini tempat sejarah abadi
Puluhan abad silam di sini berkumpul para 'syufi'
Belajar agama mendekatkan diri pada yang Hakiki
Sekolah besar yang kini orang sebut Candi Muara Jambi
...
Rangkaian kata-kata ini merupakan penggalan puisi milik Bahren Nurdin. Bahren membacakannya pada Minggu pagi, 26 Februari 2012, di Bundaran Air Mancur Telanaipura. Saat itu, di lokasi di depan Komplek Kantor Gubernur Jambi berlangsung Aksi Solidaritas Damai untuk Selamatkan Kawasan Percandian Muara Jambi yang dikoordinasi oleh Svarnadwipa Institute. Tepat di bawah tatapan mata patung Sultan Thaha, likuran orang pegiat Jambi sejak pukul 06.00 memainkan musik, membacakan puisi, berorasi budaya, melakukan pentas teaterikal, juga membagikan selebaran tentang penyelamatan Candi Muara Jambi.
Semua itu demi menggugah perhatian para warga Kota Jambi, yang Minggu pagi itu sedang beraktivitas di seputaran Telanaipura. Berharap setelah itu warga mau membubuhkan tanda tangan dukungan mereka untuk penyelamatan Situs Percandian Muara Jambi pada bentangan kain putih sepanjang 26 meter dan selebar semeter yang digelar di trotoar. Ketua Svanadwipa Institute, Husnul Abid, yang saya ajak berbincang di sela-sela pelaksanaan aksi, berharap akan ada 1.000 lebih tanda tangan yang akan mereka panen melalui aksi Minggu pagi itu. Jika kain rentang putih tersebut ternyata tak terisi penuh pada Minggu, maka mereka akan mencari tambahan tanda tangan dengan menggelarnya di pojok persimpang strategis semacam Simpang Empat BI Telanaipura. Setelah itu, pada 8 Maret spanduk itu akan dibawa ke Jakarta sebagai bekal menghadap Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.
Kain rentang aksi solidaritas di Bundaran Air Mancur Telanaipura tak akan menjadi satu-satunya bekal menghadap RI 1. Kain itu akan memiliki dua teman. Pertama adalah kain rentang kembarannya dan berisi sekitar 1.000 tanda tangan warga Desa Muara Jambi, desa yang menjadi lokasi Percandian Muara Jambi. Kedua adalah petisi yang dikumpulkan Perhimpunan Pecinta Muara Jambi (PPMJ) di Jakarta melalui situs petitions24.com/save _muarajambi. Menurut Abid, petisi yang dihimpun secara online dari seluruh Indonesia tersebut kini telah berhasil menghimpun dukungan paling tidak dari 2.600 orang.
"Targetnya ada dua. Pertama adalah penghentian kegiatan industri di sekitar situs candi. Kedua, segera ditetapkannya Kawasan Percandian Muara Jambi sebagai Kawasan Cagar Budaya, yang memang menuntur adanya penghentian kegiatan industri di sana," kata Abid tentang target yang ingin dicapai Svarnadwipa Institute dan Perhimpunan Pecinta Muara Jambi dari rencana pertemuan dengan Presiden RI pada 8 Maret 2012. Menurut Abid, pihaknya yang hendak menghadap presiden nantinya akan lebih dulu mampir ke Gedung DPR/MPR sebelum menghadap ke Istana.
"Nanti tanggal 1, kami juga akan bertemu dengan UKP4 (Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan), lalu tanggal 6 akan bertemu dengan Komisi Ombudsman," sambung Abid tentang beberapa agenda lain Svarnadwipa Institute dan Perhimpunan Pecinta Muara Jambi dalam beberapa hari ke depan demi mengupayakan pelestarian Percandian Muara Jambi.
Lebih Teduh
PENAMPILAN musisi Jambi dalam Aksi Petisi Selamatkan Kawasan Percandian Muara Jambi |
"Ya kita dukunglah ini," kata Berlian Santosa, satu di antara warga yang turut meneken kain rentang petisi pada Mingu pagi itu. Menurut pria yang tinggal di Sungai Kambang dan sehari- hari-hari dipanggil Ian ini, banyak hal yang menarik dan luar biasa yang dimiliki oleh Situs Percandian Muara Jambi, juga aliran Sungai Batanghari, yakni antara lain soal keterlibatan daerah Jambi kuno dalam perdagangan internasional. Semua itu diketahui pegiat Komunitas Forum Lingkar Pena Jambi tersebut ketika melakukan riset untuk novelnya, yang bertema sejarah dan memiliki seting Jambi pada sekitar abad IX Masehi.
Aksi penggalangan tanda tangan dukungan terhadap Candi Muara Jambi menarik empati juga dari tiga orang yang baru sekitar setahun terakhir tinggal di Jambi. Tiga orang PNS dan karyawan bank itu adalah Siwa Sakti Permadi yang berasal dari Bandung, Fardiansyah yang berasal dari Sumatera Barat, serta Ilham Seprianti yang berasal dari Riau. Selain ikut membubuhkan tanda tangan, tiga orang yang sedang jalan-jalan pagi di Telanaipura ini pun mengungkapkan keinginan mereka untuk dapat lebih mengenal Percandian Muara Jambi.
"Candi di sini lebih teduh, kalau di Jawa itu kebanyakan gersang, kecuali Candi Cangkuang yang berdiri di tengah danau," kata Siwa. Imbuhnya, ia baru sekali berkunjung ke Percandian Muara Jambi pada beberapa pekan lalu. Namun, kunjungan pertama tersebut belum dilakukannya sampai khatam ke seluruh bagian situs. Katanya, ia ingin kembali berkunjung ke situs seluas 2.612 hektare itu. Ia terutama ingin sekali berkunjung ke Candi Astano, yang belum sempat dikunjunginya pada lawatan pertama.
"Tapi candi di sini kurang tinggi ya...Kalau foto, jadinya kalah tinggi sama orangnya," ucap Ilham Seprianti ikut berbagi cerita. Namun, perempuan berjilbab ini mengiyakan pendapat Siwa soal teduhnya Candi Muara Jambi. Katanya lagi, maraknya pemberitaan tentang Candi Muara Jambi membuatnya teringat pula kepada Candi Muara Takus di daerah asalnya, Riau.
Lampaui Harapan
Telah disebut tadi, Svarnadwipa Institute berharap dapat mengumpulkan 1.000 tanda tangan dalam Aksi Solidaritas Damai untuk Selamatkan Kawasan Percandian Muara Jambi. Ternyata, harapan itu tak cuma tercapai, tapi bahkan terlampui.
"Aksi selesai pukul 11.00. Spanduk sepanjang 26 meter ternyata terisi penuh. Perkiraan teman-teman ini tadi, yang terkumpul tak cuma 1.000 tanda tangan, tapi 1.500 tanda tangan," kata Husnul Abid ketika kemudian kembali saya ajak berbincang via telepon pada pukul 17.00.
Dengan demikian, dari seluruh Jambi telah terkumpul tak kurang 2.500 tanda tangan dukungan untuk pelestarian Percandian Muara Jambi dan sekaligus penghentian kegiatan industri di seputaran situs. Ingat, angka 2.500 tersebut ada karena sebelumnya satu spanduk lain telah terisi dengan sekitar 1.000 tanda tangan dukungan dari warga Desa Muara Jambi dan sekitarannya. Spanduk dari warga Desa Muara Jambi itu turut pula dipajang Bundaran Air Mancur Telanaipura pada Minggu siang.
KEGIATAN penandatangan kain rentang petisi di Candi Muara Jambi (foto kiriman via BlackBerry oleh Abdul Haviz) |
Meski menyayangkan ketidakmunculan para pejabat, Abid berujar bahwa ia dan kawan-kawannya dari Svarnadwipa Institute tak sampai merasa kecewa.
"Dari awal kami memang tidak ada target bertemu mereka," kata Abid santai.
Hmmm, hari Minggu di Kota Jambi selalu banyak hajatan pernikahan. Mungkin Bapak-Ibu Pejabat sedang sibuk mendatangi banyak undangan pernikahan itu, Bang Abid.... .
CATATAN: Tulisan berasal dari tulisan berjudul Tanpa Dukungan Pejabat yang dimuat di halaman 1 Harian Pagi Tribun Jambi pada Senin, 27 Februari 2012, digabung dengan empat tulisan yang diunggah ke situs tribunjambi.com alias jambi.tribunnews.com pada Minggu, 26 Februari 2012, yakni http://jambi.tribunnews.com/2012/02/26/terkumpul-1.500-tanda-tangan-pada-hari-minggu-ini, http://jambi.tribunnews.com/2012/02/26/menghadap-presiden-dengan-bawa-dua-target, http://jambi.tribunnews.com/2012/02/26/candi-muarojambi-lebih-teduh, dan http://jambi.tribunnews.com/2012/02/26/minus-pejabat-di-1.500-tanda-tangan-muaro-jambi
ARTIKEL BERKAITAN
- Riuhnya Acara Topeng Lebaran Ala Desa Muara Jambi (1)
- Tradisi Berumur Sembilan atau Sepuluh Windu (2)
- Cokelat, Hijau, Biru, dan Putih Komplek Percandian Muaro Jambi
- Candi Muaro Jambi Seharusnya Tak Cuma Jualan Bata Merah
- Ikan Senggung dan Eksotisme Sebuah Kesederhanaan (Sebuah Tulisan tentang Makanan Khas Jambi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar