Senin, 05 Desember 2011

Ikan Senggung dan Eksotisme dari Kesederhanaan (Sebuah Tulisan tentang Makanan Khas Jambi)

Oleh Yoseph Kelik


IKAN senggung ketika dimasak di atas bara kecil.
(foto oleh Hanif Burhani, diambil dari situs tribunjambi.com)
LEBIH baik jangan coba mencari menu ikan senggung di berbagai restoran atau warung makan di Kota Jambi. Hampir pasti adalah perjuangan sias-sia yang bakal membikin anda pusing tujuh keliling.


Menu olahan ikan ini memang tidak tersedia di restoran maupun warung makan umumnya. Namun, saya rasa anda tak bakal menyesal jika sampai bisa mencicipi menu khas Jambi ini, yang memang terbilang istimewa dari segi cara masaknya tersebut.

Sepertinya, tak banyak memang menu makanan lain yang dimasak sebagaimana ikan senggung. Perlu diketahui, senggung bukanlah nama jenis ikan. Senggung lebih merujuk kepada cara masaknya yang dibakar dalam batang bambu. Cara masak yang memang unik dan eksotis kan?


Selasa, 29 November 2011 lalu, saya pergi ke Desa Muara Jambi. Di desa yang merupakan pula tempat dari Komplek Percandian Muaro Jambi tersebut, saya menemui Abdul Havis. Bapak dari tiga anak ini merupakan satu di antara warga Desa Muara Jambi yang menjadi pemandu wisata dan pegiat seni setempat. Dari pria yang biasa disapa dengan sebutan Ahok tersebut, saya beroleh cerita tentang olahan ikan senggung dan sekaligus melihat cara memasaknya.


"Ikan yang dimasak senggung itu harus ikan endemik rawa yang bersisik. Paling enak ikan toman, tapi bisa juga ikan bujuk dan ikan gabus," kata Ahok.


Sambung Ahok, ikan yang dimasak sebagai ikan senggung dimasukkan ke dalam batang bambu yang kira-kira sepanjang semeter. Separo di pangkal dijadikan pegangan, separo bambu lagi di bagian ujung dibelah dinding-dindingnya menjadi beberapa bagian kurus sehingga memungkinkan untuk sedikit dimekarkan. 


Satu sampai dua ikan, tergantung besar ukurannya, yang tentu saja sudah dibersihkan dan dibuang isi perutnya, lantas dimasukkan ke dalam bagian bambu yang dinding-dindingnya dapat dimekarkan tersebut. Bagian itu lantas dikuncupkan dengan cara diikat ujungnya. Barulah ikan dalam bambu itu dibakar diatas bara, bernyala sangat kecil, nyaris lebih mirip diasapi.


"Karena itu masak ikan disenggung itu lama, bisa enam sampai delapan jam. Karena itu biasanya ini dimasak malam hari supaya bisa matang dan dinikmati besok paginya," kata Ahok. Lanjut Ahok, selama memasak, bambu berisi ikan mesti diputar beberapa kali, sehingga panas dari bara bisa secara merata melalui bilah-bilah dinding bambu dan membuat masakan matang secara pas. Biasanya, memasang ikan senggung dilakukan dengan membuat semacam tungku di luar rumah.


"Ini masakan istimewa. Dulunya cuma pembesar kampung yang bisa makan makanan ini," ucap Ahok yang beberapa kali memasakkan ikan senggung bagi wisatawan yang melakukan tur treking keliling Situs Candi Muaro Jambi..


Oh ya, ikan yang dibakar ini tidaklah dibumbui. Barulah ketika matang, ikan yang dikeluarkan dari bambu lantas dimakan bersama sambal mentah dari bahan cabai merah dan cabai hijau, terasi, serta perasan jeruk tipis. Selain itu ada pula lalapan pucuk rotan muda. 



CATATAN
Ini merupakan versi tulisan dengan sedikit perombakan dari tulisan yang sebelumnya dimuat di halaman 15 Harian Pagi Tribun Jambi dan situs  tribunjambi.com  pada Minggu, 4 Desember 2011. Silakan klik di sini untuk membaca tulisan asli.


Artikel Berkaitan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar