Jumat, 06 Januari 2012

Dari Bukittinggi Mampir di Danau Tarusan

Oleh Yoseph Kelik

ROMBONGAN Tur BTW Jambi ketika berhenti sejenak di tepi Danau Tarusan, daerah Kamang Magek
MENDUNG membuat langit di atas Bukitttingi pada Minggu, 25 Desember 2011 pagi cenderung berwarna kelabu. Akibatnya, pancaran sinar matahari jauh dari kata menyengat. Kesejukan khas daerah dataran tinggi pun jadi sungguh terasakan oleh kulit dan tarikan nafas. Dalam pelukan cuaca dan hawa yang terbilang ramah semacam inilah rombongan komunitas Bike To Work (BTW) Jambi meninggalkan areal Lapangan Jam Gadang sekitar pukul 08.00. Acara gowes sepeda Minggu pagi tersebut merupakan puncak acara tur bersepeda di Bukittinggi yang dihelat BTW Jambi dari Sabtu, 24 Desember.


Rombongan yang bergerak dari Lapangan Jam Gadang tersebut tak lagi serupa dengan rombongan yang bertolak dari kediawan Ridwan Puar dan Nurleli di Sungai Puar, Kabupaten Agam pada sejam sebelumnya. Tiga puluh lima penggowes sepeda dari Sungai Puar beroleh para kawan baru sekitar dua puluh penggowes. Kelompok tambahan tersebut antara lain berasal dari tujuh penggowes anggota komunitas Sepeda Jam Gadang (Sejagad) Bukittinggi, tiga penggowes dari Cycling Brotherhood (CyBro) Bengkulu, beberapa anggota BTW Jambi yang menyusul langsung ke Lapangan Jam Gadang, juga sejumlah penghobi kegiatan bersepeda asal Bukittinggi.

Dipandu oleh Mulani dari Sejagad, rombongan lantas mengayuh sepeda menyusuri Jalan Jam Gadang, berbelok ke kanan memasuki ruas Jalan Ahmad Yani, melintas di bawah Jembatan Penyebarangan Limpapeh. Selama meluncur menuruni Jalan Ahmad Yani ini, mata menyisir warung-warung makan yang berderet di sepanjang kiri-kanan jalan. Tulisan nama warung pada plakat merek maupun spanduk di bagian muka tempat-tempat makan, plus list menu yang turut tercantum di sana, tak bisa tidak terbaca pula dan sempat menerbitkan selera makan.  Padahal, sejam sebelumnya ketika berangkat dari Sungai Puar perut sudah terisi sarapan lontong plus telur. Namun, untunglah sebagian besar warung makan itu belum buka.

Rombongan penggowes kemudian memasuki ruas Jalan Veteran, melewati samping lapangan pacuan kuda. Masuk ke daerah Gadut dan terus ke daerah Kamang Magek, rombongan kian dapat merasakan hawa sejuk daerah seputaran Bukittinggi. Mata pun turut dimanjakan oleh pemandangan hamparan sawah yang berselang-seling gunduk-gunduk perbukitan. Jalan aspal pedesaan yang dilalui pun turun naik. 

Lalu, tantangan alam berupa turunnya gerimis muncul berbarengan dengan masukknya rombongan ke rute jalan kampung yang beraspal rusak di daerah Kamang Mudiak. Namun, gerimis ini tak menghentikan kayuhan sepeda rombongan untuk akhirnya menjangkau Danau Tarusan. Di antara serbuan gerimis, rombongan beristirahat selama sekitar seperempat jam di danau kecil seukuran dua lapangan sepakbola itu. Anggota rombongan lagi-lagi sibuk berfoto bersama memakai ponsel berkamera maupun kamera digital bawaan mereka.

Bersamaan dengan redanya gerimis, rombongan berbalik dan menempuh pulang ke arah pusat Kota Bukittinggi. Rute yang dilalui dalam perjalanan balik ini adalah Kamang Magek, Pakan Kamis, Simpang Mandiangin, sampai akhirnya finish di daerah YARSI di tengah Kota Bukittinggi. Mulai dari Kamang Magek dan Pakan Kamis, jarak antara satu anggota rombongan dengan anggota lainnya mulai kian renggang. Energi yang dipunyai masing-masing penggowes tak lagi sama seperti halnya ketika berangkat. Kecepatan  mereka menurun. Beberapa orang mulai terpisah dari kelompok besar dan kemudian menemukan rute improvisasi mereka masing-masing  untuk menuju YARSI. Namun, semuanya syukurlah dapat menjangkau YARSI dengan selamat. Yang paling lambat pun berhasil sampai di YARSI sebelum pukul 12.00.

Jika dihitung, perjalanan bersepeda BTW Jambi pada pagi hingga siang itu menempuh total jarak sejauh sekitar 50 kilometer. Dari sekitar 50 penggowes yang turut bersepeda hari itu terhitung cuma satu yang mesti diangkut mobil penyapu, itu pun bukan karena si penggowes tak kuat, melainkan karena pecah ban.

Menariknya, dalam daftar penggowes yang berhasil menjangkau finish di YARSI termasuk di antaranya adalah dua gadis kecil kakak beradik Fira (11) dan Ayu (9). Mereka berdua bersepeda bersama sang ayah, Sandri.  Ketika saya temui dan coba tanyai apakah keduanya di antara perjalanan sampai perlu ditarik atau didorong, baik Firan dan Ayu menggelengkan kepala.

"Kalau di Bengkulu mereka biasa gowes setiap Minggu lewat rute tepi pantai," kata Sandri tentang kedua putrinya. Pegawai PLN ini dan keluarganya berasal dari Bengkulu dan sedang berlibur di Bukittinggi. Mereka turut bergabung bersepeda pagi itu setelah mendapat info dari pihak BTW Jambi.  

"Rute ini tadi sering dipakai untuk fun bike," ucap seorang panitia Tur ke Bukittinggi BTW Jambi, Sriyono, kepada Tribun pada Minggu tengah hari itu di YARSI, Bukittinggi. Sriyono dengan ditemani Suharmen berbagi cerita tentang rute bersepeda hari itu.
 
Cerita keduanya lantas disambung oleh tuturan Penasihat BTW Jambi, dr Pedy Hidayat. Kata dr Pedy, tur Bukittinggi ini merupakan tur kedelapan BTW Jambi keluar Kota Jambi. Tujuh tur sebelumnya adalah ke Muara Bulian, Muara Sabak, Kuala Tungkal, Sarolangun dan Bangko, Sijunjung, Bengkulu, serta Kerinci.

"Tahun 2012 nanti akan ada tur ke Muara Sabak, juga ke Bungo dan Tebo," ucap dr Pedy. Khusus untuk tur ke Bungo dan Tebo, hal tersebut merupakan upaya BTW Jambi mengenapi kunjungan ke seluruh kabupaten di Provinsi Jambi.

Tentang Tur BTW Jambi ke Bukittinggi, total berlangsung dari Jumat, 23 Desember sampai dengan Senin, 26 Desember.  Jumat malam sampai dengan Sabtu pagi dipakai untuk perjalanan Jambi ke Bukittinggi. Minggu sore sampai dengan Senin pagi digunakan untuk perjalanan pulang ke Jambi. Selain acara bersepeda pada Minggu pagi dan siang, rombongan BTW Jambi sempat pula berkunjung ke Lembah Harau, Payakumbuh, pada Sabtu siang sampai dengan sore. Perjalanan pergi pulang Jambi-Bukittinggi, para anggota rombongan diangkut memakai satu bus dan lima mobil pribadi.


CATATAN: Versi asli dari tulisan ini pernah dimuat di halaman 1 Harian Pagi Tribun Jambi pada Kamis, 29 Desember 2011


Artikel Berkaitan

4 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. akhir desember 2012 itu, pas ikut rombongan BTW Jambi sepedaan di seputaran Bukittinggi, sepedaku juga bukan MTB kok, aku pake folding bike 20'...wah, pas jalan datar ditinggal terus, pulangnya pas masuk kota juga sempat ilang seperempat jam :-D.
      btw,kotanya nyenengin, kalo d jawa kyk salatiga. sayang, g smpe 24 jam d sana, pdhl smpe nggak ikut misa nata...

      Hapus
    2. sorry bukan desember 2012, tapi 2011 he3x...

      Hapus
  2. wah asyikk bener sepedaaan di derah bukittinggi,
    pemandangan alamnya keren ...
    danau tarusan itu .. unik sekali ya

    BalasHapus