Minggu, 15 Januari 2012

Menjadi "Indomaret" untuk Membendung Indomaret

Oleh Yoseph Kelik

PEMANDANGAN gerai Indomaret. (Foto diambil dari situs http://www.madiunonline.com  )
BEBERAPA hari lalu, saya kembali teringat satu celutukan bos saya. Kata-kata itu terucap di Bandung, lebih dari dua tahun lalu, pada satu hari di pertengahan November 2009.

Waktu itu, saya dan 10 orang kawan sedang mengikuti pelatihan wartawan pada Oktober-Desember 2009, di Tribun Jabar, Bandung. Kami bersebelas sedang menunggu hari-hari dikirim ke Jambi, untuk menenagai operasional calon koran baru, Tribun Jambi ---yang bakal merayakan ulang tahun keduanya pada 17 Maret 2012 ini.

Bos saya sendiri pada tengah November 2009 itu baru saja pulang ke Bandung dari Jambi. Beliau perlu ke Jambi untuk mengecek beberapa persiapan di kantor baru, juga mengikuti proses rekruitmen awak redaksi dari pelamar asal Jambi dan sekitarnya.

"Di Jambi itu nggak ada Indomaret...," begitulah kurang lebihnya bunyi celutukan bos saya ketika itu. Mendengarnya, sebelas wartawan baru, termasuk saya lantas ngakak.
Nah, begitu sampai di Kota Jambi pada awal Desember 2009, benar seperti telah dikatakan bos saya, kami bersebelas memang tidak melihat adanya minimarket Indomaret. Hmmm, untuk kami bersebelas yg lama tinggal di Jogja dan Solo, nggak nemu Indomaret di Jambi adalah pemandangan yang agak aneh. Itu paling tidak bisa disebut sebagai pengalaman baru.

Yah, soalnya sejak awal dekade 2000-an di "habitat hidup kami yang lama", Jogja dan Solo plus daerah seputarannya, juga kota-kota lain di Jawa, minimarket berjaringan seperti Indomaret dan pesaingnya, Alfamart, tumbuh menjamur. Ekspansi mereka bahkan hingga ke kota-kota kecamatan.

Di kota-kota yang pernah saya diami, Wonogiri, Jogja, Solo, Bojonegoro, dan Bandung, frekuensi kunjungan saya ke minimarket berjaringan semacam  Indomaret pun lumayan sering. Yah, itu biasanya untuk belanja hal-hal kecil. Beberapa item barang yg dulu acap saya beli di Indomaret, atau juga Alfamart, adalah softdrink, permen, gula pasir, kopi sachet, obat dan vitamin, celana dalam, camilan dan roti, juga es krim. Hmmm, tapi di Jogja dulu, minimarket berjaringan favorit saya sih benernya bukan Indomaret, tapi Circle K. Soalnya di Circle K mudah nemu macam-macam bir dingin, sesuatu yang menarik buat dicari pada sekitar pukul 11 malam hingga 2 dini hari sebagai pengantar tidur, he...he...he... . Oh ya, pas 2 bulan blusak-blusuk di Bandung, saya lebih sering masuk  minimarket  berjaringan Yomart ketimbang Indomaret. Kelihatannya, di Bandung jumlah Yomart lebih banyak ketimbang Indomaret. Eh, bener nggak sih begitu?

Akhirnya Ada
Nah, Januari 2012 ini, 26 bulan setelah bos saya dan kami bersebelas mengolok-olok Jambi sebagai ibukota provinsi yang nggak punya Indomaret, ternyata tiga gerai Indomaret buka di Kota Jambi. Tiga gerai baru itu masing-masing ada di dekat Rumah Sakit Siloam, lalu di daerah Simpang Kawat, juga di daerah Pattimura.

Info dari dua teman sekantor dari bagian marketing, Indomaret konon berencana membuka 80 gerai di seluruh Provinsi Jambi. Seorang kawan di bagian redaksi pun memberi kabar tambahan yang menguatkan info soal rencana 80 gerai tadi. Kata kawan saya itu, dia melihat dua lagi calon gerai Indomaret sedang  dalam proses persiapan buka. Dua calon gerai itu ada di daerah Enam Belas serta di Sipin. Wih, si Indomaret bakal bertebaran di Jambi nih mulai tahun ini....

Hmmm, ekspansi Indomaret yang akhirnya merambah Jambi ini mesti saya sambut seperti apa ya, seneng apa sedih ya.... Yang jelas, perkembangan baru inil membuat saya lantas teringat kepada celutukan bos saya 26 bulan lalu soal Indomaret.

Terus terang, saya sudah sekali mencicip belanja di satu dari tiga gerai Indomaret yang baru buka di Jambi. Gerai yang cicip itu tepatnya yang ada di Simpang Kawat. Saya beli sebatang cokelat murahan serta satu minuman kotak ukuran 250 mililiter. Sepengamatan saya, gerai Indomaret di Jambi belum selengkap gerai kota-kota di Jawa. Pas saya mencicip belanja itu pun, layanan kasirnya lama luar binasa. Itu gara-gara piranti lunak untuk transaksi di sana perlu diset ulang oleh seorang petugas.

Senjata Indomaret
Omong-omong, kunjungan mencicip belanja itu sekaligus membuat saya tertarik mengamati cara-cara Indomaret dalam memikat konsumennya.

Jika membandingkan harga barang jualan Indomaret di Jambi, sebagaimana juga gerai-gerainya di kota-kota lain, ternyata dan sepertinya tak selalu lebih murah ketimbang banderol harga di minimarket lokal.

Tapi, senjata Indomaret dalam memikat konsumen kiranya sama juga dengan di kota2 lain yaitu kemampuannya melakukan standarisasi barang. Sehingga, orang akan menemukan produk-produk yg kurang lebih serupa di setiap gerainya. Lebih lengkap pula variasi barangnya ketimbang minimarket-minimarket lokal di luar jaringannya.

Senjata selanjutnya Indomaret tentu juga adalah penataan gerainya. Di sana, dari mulai susunan rak-rak hingga panjang-lebar koridor agaknya serupa di setiap gerainya. Hmmm, intinya Indomaret menawarkan suasana yang kurang lebih sama di setiap gerainya.

Oh ya, Indomaret, juga minimarket-minimarket berjaringan lainnya memerhatikan satu hal yang biasanya luput diperhatikan minimarket/toko lokal. Itu adalah lampu penerangan super terang. Perhatikan bahwa Indomaret dan minimarket-minimarket berjaringan selalu memasang lampu super terang sebagai pencahayaan bagian dalam gerai maupun juga pada neon box. Boleh percaya atau tidak, pencahayaan super terang itu menghadirkan "efek laron", yang memikat orang untuk datang ke sana. Awalnya sekadar melirik atau melihat, akhirnya ya masuk ke dalam dan kemudian belanja.

Mampu Tetap Survive
Berkaitan dengan ekspansi Indomaret di Jambi saat ini, saya sih berharap minimarket-minimarket lokal mampu tetap survive. Saya sangat berharap minimarket-minimarket lokal menemukan strategi guna menghadapi ekpansi si Indomaret.

Menurut saya sih, satu stategi versus Indomaret yang bisa ditempuh oleh minimarket-minimarket lokal Jambi adalah menjalankan jurus-jurus "Menjadi Indomaret Juga". Itu artinya minimarket-minimarket lokal Jambi bekerjasama membentuk jaringan di antara mereka. Bagus jika ada paling tidak 10-5 minimarket lokal yang mau bergabung dan melakukannya.

Jaringan minimarket-minimarket lokal itu selanjutnya menyamakan gerak dalam soal perkulakan, penentuan stok stok dan harga,juga penyeragaman penataan gerai. Intinya mereka tampil sebagaimana minimarket berjaringan nasional atau regional semacam Indomaret, Alfamart, Yomart, atau Circle K.

Kalau bisa mengerjakan kerjasama berjaringan tadi, minimarket-minimarket lokal di Jambi kiranya akan bisa membendung ekspansi si Indomaret. Tanpa kerjasama berjaringan, saya menakutkan eksistensi minimarket-minimarket lokal Jambi nantinya akan perlahan terpinggirkan dalam persaingan, atau bahkan digilas oleh Indomaret. Apa lagi perlu diingat, ekspansi Indomaret besar kemungkinan akan diikuti pula oleh ekspansi minimarket berjaringan lain contohnya Alfamart. Ingat bahwa si Indomaret dan si Alfamart di berbagai daerah lain di Indonesia, khususnya di Jawa, biasanya doyan untuk sebisa mungkin berdekatan satu sama lain.

Oh ya, saya pun berharap, pihak pemerintah daerah di Jambi tak pula meneruskan kekonyolan pemerintah-pemerintah daerah-daerah lain yang mengizinkan pendirian minimarket-minimarket di dekat pasar tradisional.  Sayangnya harapan baik saya sepertinya sudah menemukan pemupus. Gerai Indomaret di Simpang Kawat nyatanya berdiri dalam radius 200-an meter dari Pasar Keluarga. Aduuuh....



CATATAN:
Tulisan ini dikembangkan dari 35 kicauan saya melalui akun Twitter saya, , pada Sabtu, 14 Januari 2012 pukul 23.21 sampai dengan Minggu, 15 Januari 2012 pukul 01.33. Terima kasih kepada mereka yang bersedia berbagi tanggapaan selama saya ngetwit malam itu.

 


 
  

2 komentar:

  1. Salam kenal mase....
    Saya dari Jogja, sejak tahun 2007 tinggal di Merangin. Bulan kemarin ke Jambi dan surprise karena di Jambi sudah ada indomaret. "Sahabat" setianya, Alfamart, juga sudah nongol.
    Waktu ke Jambi saya nyelakke mampir ke indomaret. Tombo kangen...
    Semoga indomaret buka juga di Bangko....

    BalasHapus
  2. iya, semoga smpe bangko akhirnya, asal nggak banyak2, jg g deket2 sm pasar...:-)
    tapi, moga2 juga, pengusaha2 minimarket di bangko juga bisa berinovasi, bikin minimarket mereka sekeren indomaret dan alfamart...:-)

    BalasHapus