Senin, 02 April 2012

Para Ibu pun Betah Menontonnya

(Tulisan tentang Parade Musik Underground, Getar Tanah Sejarah #3)


Oleh Yoseph Kelik


SUASANA Getar Tanah Sejarah #3 sekitar pukul 15.30
PENONTON event Getar Tanah Sejarah #3 di Percandian Muarajambi pada Minggu, 25 Maret 2012 memang didominasi para anak muda usia belasan tahun dan dua puluhan. Selain itu, memang datang pula menonton parade musik underground itu sejumlah pegiat underground yang telah lewat berusia tiga puluhan. Di antara penonton ada yang datang dari Bali dan Jember, Jawa Timur. Contoh penonton yang berasal dari Jember adalah seorang anak punk berusia 17 tahun bernama Alvin.

"Buat nonton ini saya nginap di gedung di dekat lapangan parkir," kata pemuda bertubuh kecil dan kurus itu kepada saya di sela-sela berlangsungnya acara.

Sepanjang penyelenggaraan event Getar Tanah Sejarah #3 (GTS 3), dari pagi sampai sore, tak kurang dari 250 orang selalu setia menonton dari depan serta kiri-kanan panggung. Belasan pegiat underground dan anak punk malah sering maju merapat ke depat panggung, untuk membuat gerakan mengangguk-anggukan kepala maupun moshing. Hmmm, seingat saya, acara parade musik underground berselipkan pentas seni tradisional ini  terasa lebih memiliki greget, pula lebih mendapatkan antusiasme penonton, ketimbang penyelenggaraan acara lain sebelumnya di Percandian Muarajambi. Contohnya semisal Festival Candi Muarajambi, yang kerap kehilangan penonton selepas jelang siang.

Menariknya, tak cuma para pegiat underground dan anak-anak punk, yang ikut menonton parade 29 band tersebut. Para ibu rumah tangga paro baya di Desa Muarajambi seperti Robiyatun, Lusnaeni, serta Sirum ternyata betah menonton band-band underground beraksi di panggung GTS 3.

"Memang menikmati acaranya. Nontonnya dari jam sepuluh tadi," kata Robiyatun kepada saya pada sekitar pukul 15.15. Robiyatun dan kawan-kawannya malah bisa bercerita dengan fasih kepada saya tentang gambaran singkat acara Getar Tanah Sejarah #1 pada 2000 di Lapangan Parkir Candi, juga  Getar Tanah Sejarah #2 pada 2003 di samping gedung Museum Candi . Mereka memang selalu menonton penyelenggaraan GTS. Kata mereka penyelenggaraan tahun ini paling ramai.

Penyelenggaraan GTS #3 diapresiasi positif juga oleh Jimmy Toisutta (44), seorang pengunjung Candi Muarajambi hari itu. Menurut warga Telanaipura, Kota Jambi ini, acara semacam ini bagus untuk meramaikan obyek wisata yang masih harus ditata seperti Candi Muara Jambi.

"Kalau bagus dan senang melakukanya ya dilaksanakan saja. Hidup ini buat apa kan selain bikin sesuatu yang bisa buat hati senang. Asal dijaga saja supaya orang-orang yang nonton acara band tidak sampai mengganggu pengunjung lain," kata Jimmy yang memang tidak merasa terganggu dengan penyelenggaraan GTS 3. Dia malah sempat bersepeda dengan santai di tengah areal GTS 3. Menurut Jimmy, dalam beberapa hal penyelenggaraan GTS 3 malah mengingatkannya kepada masa mudanya. Usut punya usut, bapak tiga putri ini  ternyata  pernah jadi penggemar berat break dance lho pada medio 1980-an....


CATATAN: Tulisan ini merupakan versi tulisan asli dari artikel yang terbit di halaman 13 Harian Pagi Tribun Jambi pada Minggu, 1 April 2012. Namun, untuk penyesuaian, maka ada sejumlah edit ulang kecil.


Artikel Berkaitan
Semoga Tahun Depan Ada Lagi...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar