Selasa, 20 November 2012

Jatuh Cinta Kepada Top Gear Itu Sesuatu Banget

Oleh Yoseph Kelik

TRIO Presenter Top Gear: Richard Hammond, Jeremy Clarkson, dan James May, plus test driver The Stig di latar belakang. (foto dari starpulse.com)

NAMA mereka Jeremy Clarkson, Richard Hammond, dan James May. Bagi para penggemar Top Gear, program otomotif produksi stasiun televisi plat merah Inggris, BBC, tiga nama tadi tentunya tak asing. Ya, Clarkson, Hammond, serta May, adalah trio presenter di acara Top Gear.

Perkenalan pertama saya dengan tiga Englishman itu terjadi sekitar 2005 atau 2006. "Belajar" nonton Top Gear pas tahun itu saya lakukan via siaran stasiun televisi pertama milik keluarga Bakrie, ANTV. Seingat saya, ANTV kala itu baru saja melakukan perombakan besar program-program acaranya, pula mengganti logo. Nah, satu program baru dihadirkan waktu itu adalah Top Gear.

Tahun 2005-2006 itu saya masih tinggal di Jogja, masih kuliah dan ngekos di daerah Samirono. Saya yang nggak punya tivi sendiri di kamar numpang nonton di kamar kawan. Mau tidak mau demikian. Sebelumnya sih rumah kost itu punya satu tivi umum. Sayangnya, tivi tua dari tahun 1980-an itu, masih dengan model semacam bufet berkaki, mati karena kemasukan guyuran air hujan, yang masuk dengan tak sopan ke koskosan lewat genteng bocor pada suatu hari berhujan super deras.

Di zaman awal mengenal Top Gear itu, saya tak selalu rutin menonton. Seingat saya, Top Gear disiarkan ANTV seminggu sekali. Nah, dalam jadwal seminggu sekali itu pun, tak selalu saya bisa menontonnya.  Kan sudah saya bilang kalau nonton tivi mesti numpang ke kamar teman. Nggak sopan kan kalau setiap hari numpang nonton? Eh ketika akhirnya punya tivi sendiri di kamar, si Top Gear sudah nggak tayang di ANTV.

Mulut Tajam
Biarpun nggak rutin, pengalaman menonton trio Clarkson, Hammond, serta May, ternyata terus membekas. Terus terang saya suka dengan gaya mereka dalam membawakan acara yang terasa ceplas-ceplos, tapi ternyata cerdas dan kelihatan memang sungguh paham seluk beluk dunia permobilan. Asyiknya lagi omongan mereka selalu saja berselip humor-humor cerdas ala orang Inggris. Yang pasti, para presenternya jelas tak sekadar tempelan atau pemanis. Beda dengan acara otomotif tivi-tivi Indonesia, yang biasanya justru memasang presenter cewek-cewek cantik dari kasta model.

Hampir tiga tahun terakhir ini, saya mulai rutin menonton Top Gear. Saya mulai rajin menontonnya sejak medio 2010 ketika tinggal di Jambi. Menontonnya di tivi ruang redaksi kantor saya, yang memang berlangganan layanan tivi satelit. Lalu sejak awal 2012, saya bisa lebih sering dan lebih puas menontonnya. Soalnya, mess yang saya tinggali pun akhirnya pasang juga layanan tivi satelit. Menonton Top Gear sejak 2010 itu langsung di kanal yang memroduksinya, BBC. Itu terasa lebih menguntungkan ketimbang dulu ketika menontonnya via siaran ANTV. Soalnya setiap episodenya kan pasti diulang, nggak perlu mesti terpaku mencadangkan waktu pas pemutaran pertama.

Tentang menonton Top Gear di BBC Knowledge dalam hampir tiga tahun terakhir, saya kerap tak menontonnya sendirian. Kalau pas menonton di kantor, saya kerap memantengi layar tivi sekaligus berbagi komentar tentang tayangan dengan Mas Erwin, Manajer Produksi di Redaksi Tribun Jambi, yang kebetulan memang penggemar Top Gear juga. Kalau menonton di mess, dua hingga lima orang penghuni mess bisa saja menontonnya bersama. Kawan-kawan yang biasa menonton Top Gear bersama saya di mess adalah Wahyu alias Wajik, Wahid alias Udin Boy, Duanto alias Gadul, Prast alias Engkoh, Hanif alias Jenaph, juga dulu Yusuf alias Ucup. Saat itu biasanya kami bisa ngakak-ngakak bareng kalau ada aksi kocak dari trio presenter Top Gear.

Contohnya di satu episode dengan pengambilan gambarnya berlangsung di Italia. James May mesti mencari seorang wanita lokal yang mau menumpang mobilnya. Kebetulan perempuan yang berbaik hati menumpang mobil May itu adalah seorang ibu muda yang tengah hamil. Di pemberhentian tempat Clarkson dan Hammond menunggu, Clarkson spontan saja menyambut May dengan ucapan 'Ya ampun kau langsung bisa membuatnya hamil...!?'. Mendengar hal itu May dan si wanita hamil cuma bisa mesam-mesem.

Kali lain ketika menjalani balapan antara kereta api uap, mobil sport kuno, dan sepeda motor tahun produksi 1950-an, Clarkson yang kebagian mengendarai kereta api uap. Jalur lomba melewati daerah tempat Clarkson dibesarkan. Begitu lewat di daerah itu, ia menunjuk satu rumah khas pedesaan Inggris di kejauhan. Dengan ekspresi santai, Clarkson ternyata berucap spontan 'Itu ruman seorang bekas pacarku. Aku mungkin pernah berhubungan seks di sana...'. Tingkah trio presenter Top Gear memang nggak jaim... .

Mulut tajam para presenter Top Gear ketika mengomentari mobil-mobil yang mereka ulas juga selalu menjadi hiburan tersendiri. Ada-ada saja yang bisa jadi bahan omongan pedas mereka. Itu mulai dari bentuk mobil terlalu konyol menurut mereka, terlalu banyaknya tombol di dasbor, akselerasi yang terlalu lambat, hingga harga yang menurut mereka kemahalan. Di antara trio presenter Top Gear, mulut paling tajam sepertinya memang milik Jeremy Clarkson. Konon, gara-gara mulutnya yang sering omong pedas lagi sengak itu, Clarkson telah menerima komplain tak kurang dari 2.100 kali selama memandu Top Gear.

Tak semua orang tentu saja menggemari pedasnya mulut trio presenter Top Gear. Seorang teman lama saya dari jaman kuliah contohnya. Ia tak suka Top Gear gara-gara para presenternya menurutnya terlalu banyak omong ceplas-ceplos dan pedas. Menurutnya, omongan para presenter Top Gear adalah semacam kesombongan khas Inggris, yang doyan merendahkan produk negara-negara lain, entah itu Jerman, Prancis, Jepang, Swedia, Australia, China, dan Malaysia.

Namun, bagi saya, jatuh cinta kepada Top Gear itu tetap sesuatu banget. Ceplas-ceplosnya trio presenter Top Gear itu sesuatu yang inspiratif bagi saya. Paling tidak demikian jika dikaitkan dengan bidang pekerjaan saya tiga tahun terakhir ini yakni jurnalisme. Menurut saya, cara trio presenter Top Gear bernarasi dan berkomentar pantas diperhatikan secara khusus, bahkan diadopsi, oleh kalangan jurnalis Indonesia. Pengampu pelatihan di perusahaan-perusahaan media di Indonesia pun sepertinya perlu menyisipkan sesi khusus menonton Top Gear untuk para calon wartawan dan wartawan muda. Beberapa kali akan lebih baik. Ceplas-ceplos ala Top Gear, juga penggunaan berbagai metafora dan personifikasi nyeleneh para presenternya, sungguh terasa segar dan efektif: lebih bisa dinikmati ketimbang bahasa yang ada di media-media di Indonesia, yang terasa terlalu penuh dengan eufemisme.
  
SYUTING Top Gear di studio (gambar dari benautobahn.files.wordpress.com) 
Lebih Variatif
Oh ya, menurut saya, membandingkan menonton acara otomotif tivi-tivi domestik dengan acara produksi BBC ini terasa seperti perbandingan antara toko kelontong kecil samping rumah versus hipermarket. Kalau acara tivi domestik itu, merk mobilnya yang dibahaskan itu-itu saja... . Di tahun 2000-an awal dan pertengahan, kalau semua merk Jepang, Eropa, serta Amerika yang beredar di Indonesia digabung, paling jumlahnya kan tetap di kisaran jumlah jari kedua tangan... . Nah, kalau Top Gear wah mobil-mobil yang berseliweran dibahas di setiap edisinya terasa begitu variatif. Ada mobil-mobil dari berbagai negara Eropa, Amerika Serikat, Asia, serta Australia.

Banyak dari merk-merk itu memang lazim dikenal orang Indonesia karena memang beredar di republik ini, seperti Mercedes Benz, BMW, Audi, VW, Toyota, Honda, Daihatsu, Suzuki, Subaru, Nissan, Mazda, Lexus, Jaguar,Land Rover, Ford, Chevrolet, Chrylser, Jeep, Hyundai, KIA, dan Peugeot. Beberapa dari merk-merk itu bukan merk yang beredar di Indonesia, atau pernah beredar di sini kemudian menghilang, contohnya saja Vauxhall, Alfa Romeo, Skoda, Lancia, Dacia FIAT, Holden, Citroen, Renault, Cadillac, Dodge, hingga mobil-mobil dari merk-merk baru yang lahir di China sang raksasa ekonomi baru. Oh, jangan lupakan mobil-mobil luks maupun sport dari kategori muscle car hingga supercar maupun hypercar, dengan merk-merk mulai dari Bentley, Ferari, Lamborghini, Bugatti, Maserati, Aston Martin, McLaren, Porsche, Lotus, Ascari hingga Pagani Zonda.

Tak jarang, Top Gear membahas pula mobil-mobil dari merk yang sudah kategori almarhum, Mereka mungkin pernah cukup berjaya di awal hingga pertengahan abad XX, tapi lalu bangkrut karena kalah bersaing di era 1980-an dan setelahnya. Sebut saja dalam hal ini adalah beberapa merk mobil seperti Morris, Triumph, AMC, SAAB,  hingga sejumlah mobil produksi Eropa Timur.

Mobil-mobil yang masuk dalam Top Gear hampir pasti pula dibahas dengan detail sampai dengan menghadirkan uji kendara. Pelaku uji kendara tentu saja para presenternya, yang ternyata jago-jago nyetirnya. 

Stig
Menariknya, Top Gear punya juga test driver yang cuma dikenalkan kepada penonton sebagai The Stig. Ia yang selalu ditampilkan memakai setelan pakaian balap plus berhelm, juga bekerja dengan tak pernah ngomong. Jika tak sedang nyetir, Stig lebih sering berdiri dengan tangan bersedakep. Stig ini jadinya punya tampilan misterius, tapi sekaligus lucu.

Stig biasanya melakukan uji kendara di Top Gear Test Track, sebuah jalur semacam sirkuit non permanen yang dibuat di atas Lapangan Udara Dunsfold, Surrey, Inggris. Hasil uji kendara Stig biasanya dibandingkan pula dengan uji kendara dari para presenter.

Lucunya, sesaat sebelum Stig beraksi, Clarkson biasanya selalu memberi intro tiga  sampai lima kalimat yang konyol lagi hiperbolis mengenai sosok Stig. Clarkson pun acap menyebut Stig sebagai "our tamed test driver", sebuah penekanan seakan-akan Stig ini sebenarnya semacam satu spesies hewan liar.

STIG sang test driver acara otomotif Top Gear kala sedang beraksi (foto dari bbc.co.uk
 
Stig hadir dalam Top Gear sejak 2002. Pada tahun tersebut, Top Gear yang sebenarnya diproduksi sejak 1977 melakukan penyegaran dan pengemasan ulang programnya. Stig merupakan satu figur yang digunakan pihak BBC untuk menjadikan acara Top Gear terasa lebih cair dan humoris setelah 25 tahun sebelumnya mengusung konsep majalah udara konvensional.

Awalnya, Stig memakai kostum balap serba hitam. Ini berlangsung selama sekitar setahun pada 2002 sampai dengan 2003. Lalu mulai 2003, Stig berubah berkostum balap serba putih. Dalam 10 tahun terakhir ini, pemeran Stig telah berganti sebanyak tiga kali. Stig hitam diperankan oleh Perry McCarthy, mantan pembalap dan test driver Formula 1. Lalu, Stig putih pada 2003 sampai 2010 diperankan oleh Ben Collins, mantan pembalap serta stunt driver untuk sejumlah film, termasuk di antaranya bagian franchise James Bond terbaru yakni Skyfall. Namun, Jeremy Clarkson pada 2009 sempat pula mengenalkan Michael Schumacher sang pembalap legendaris Formula 1 sebagai sosok pemeran Stig. Rupanya dalam tujuh tahun era Ben Collins terkadang ada beberapa orang lain yang menjadi pemeran temporer Stig. Selepas Ben Collins meninggalkan Top Gear pada 2010, pemeran terkini Stig pun kembali tak diketahui identitas aslinya. Nama pemeran Stig biasanya memang baru diakui pihak BBC setelah yang bersangkutan tidak lagi menjadi bagian dari acara Top Gear.  

Bintang Tamu Bintang
Di dalam Top Gear, ada bintang tamu hadir. Biasanya kategorinya pun memang bintang alias pesohor. Karena acara diproduksi stasiun tivi asal Britania Raya sana, para pesohor yang tampil memeriahkannya paling sering ya pesohor-pesohor yang senegara dengan Pangeran William. Namun para pembalap Formula 1 serta para selebriti Hollywood kerap pula nongol di sana. Seingat saya, daftar para pesohor yang pernah diundang ke acara Top Gear antara lain Rowan Atkinson, Rupert Grint, Michael Sheen, Fiona Bruce, James Blunt, Tom Cruise, Cameron Diaz, Michael Fassbender, Eric Bana, Mark Wahlberg, Jenson Button, Ruben Barrichello, serta Lewis Hamilton. Daftar aslinya  tentu lebih panjang lagi karena ada banyak nama yang tak tersebutkan oleh saya di sini.
  
CAMERON Diaz dan Tom Cruise bercanda dengan Stig saat menjadi bintang tamu Top Gear (foto diambil dari blogs.coventrytelegraph.net)
Para bintang itu galibnya diwawancara di studio. Lalu, itu bersambung pemutaran rekaman aksi keliling lap sebanyak dua kali di Top Gear Test Track yang dilakukan sang bintang tamu. Mobil yang dipakai adalah mobil murah inventaris Top Gear. Satu di antaranya adalah sedan Suzuki Liana yang di Indonesia dikenal dengan sebutan Suzuki Baleno. Hasil catatan waktu keliling trek uji lantas ditempel di satu papan khusus, urut dari atas ke bawah mulai dari yang tercepat sampai terlambat.

Beberapa bintang tamu juga langsung hadir mengisi sekuen ulasan otomotif yang ada di dalam episode-episode Top Gear. Mereka didapuk sebagai semacam narasumber pakar, yang kerap pula langsung memeragakan suatu hal. Itu berlangsung ketika Top Gear membahas suatu mobil, jalur jalan tertentu yang menarik, kultur berkendara di suatu negara atau daerah, sejarah otomotif suatu merk atau model mobil tertentu, juga aneka modifikasi yang kerap kali nyeleneh.

Sejumlah eks pembalap Formula 1 sepencatatan saya pernah tampil sebagai bintang tamu sekuen-sekuen pembahasan khusus itu. Beberapa di antaranya adalah Jean Alesi, Oliver Panis, David Coulthard, hingga pembalap favorit saya di jagat Formula 1 dan juara dunia dua kali di ajang balapan jet darat itu, Mika Hakkinen. Pesohor lain dari berbagai bidang lain pernah juga tampil. Contohnya bos Formula 1, Bernie Eclestone, serta mantan pesepakbola Inggris, Les Ferdinand, hingga grup band The Who.

Tugas-tugas yang dipercayakan kepada para bintang tamu dalam sekuen-sekuen pembahasan khusus itu bisa sangat bermacam-macam. Semua tergantung tema pembahasan yang dipilih pihak Top Gear. Alesi tampil untuk mengajari Clarkson mengendarai satu mobil semi Formula 1 dari Lotus; Panis menjadi lawan para trio presenter Top Gear dalam balapan mobil di lintasan salju; Coulthard menggambar dengan teknik semprotan cat memakai mobil Formula 1; lalu Hakkinen mengajari May tentang teknik menikung ala Finlandia yang sering disebut "Kibasan Finlandia". Bernie Eclestone mendampingi para presenter Top Gear berkeliling sirkuit jalanan Monaco beberapa menit sebelum balapan Grand Prix Monaco dimulai; Ferdinand bergabung dengan sejumlah bintang tamu yang melakukan uji kendara di Top Gear Tes Track; band The Who menjadi "majikan" para trio presenter Top Gear, yang memercayakan pengangkutan sejumlah instrumen musik untuk konser dalam mobil-mobil van yang dikendarai Clarkson, May, dan Hammond. 

Lokasi pengambilan gambar untuk sesi-sesi semacam ini sangat variatif dan menghasilkan gambar-gambar yang eksotis. Ada di berbagai bagian Inggris hingga berbagai negara di hampir semua benua. Terdiri pula dari berbagai kondisi medan mulai dari jalan raya mulus, sirkuit balap, lapangan terbang, jalan berlumpur, hingga danau dan selat.

Edisi Khusus
Pada dasarnya Top Gear memang selalu membuat review yang tidak biasa. Performa suatu mobil maupun fiturnya kerap dibandingkan dengan hal-hal lain yang tidak terpikirkan orang pada umumnya. Suatu mobil malah bisa dimodifasi dengan sangat drastis di luar peruntukan aslinya. Malah, bisa saja suatu mobil dihancurkan secara total hanya untuk menguji kekokohan sasis dan bodi.

 RICHARD Hamond bersama Flight Lieutenant Jim Wall, pilot tempur Royal Airforce, sekaligus lawannya dalam drag race Bugatti Veyron versus jet Eurofighter Typhoon (foto diambil dari raf.mod.uk) 
Beberapa sekuen maupun edisi khusus di dalam Top Gear antara lain balapan Audi RS6 versus dua snowboarder Prancis di Pegunungan Alpen, drag race antara Bugatti Veyron versus jet tempur Eurofighter Typhoon, jelajah Rumania memakai tiga mobil sport, jelajah Vietnam memakai tiga sepeda motor kecil, tur ke beberapa pabrik mobil Inggris yang telah almarhum, balapan mobil karavan, mengubah mobil menjadi lokomotif penarik gerbong kereta api, menjajal hypercar Lamborghini Murcielago di jalan raya superlurus di Dubai, memodifikasi mobil menjadi kapal dan bahkan mencoba membawanya menyeberangi English Channel dari Dover menuju pesisir Prancis, hingga sejarah sistem kemudi mobil.







Top Gear sering pula membuat edisi khusus. Contohnya adalah edisi khusus  50 Years of Bond Car yakni edisi yang khusus membahas aneka mobil yang digunakan dalam franchise film-film James Bond dalam setengah abad terakhir. Di situ diulas tentang mobil-mobil canggih ala James Bond seperti Aston Martin DB5 yang memiliki senapan mesin dan mampu menembakkan rudal; Lotus Esprit yang bisa menyelam; hingga BMW 750iL yang dapat dikendarai dari jarak jauh. Beberapa sosok di belakang film-film tentang agen 007 pun diwawancara oleh Richard Hammond. Beberapa di antaranya adalah Sir Roger Moore sang pemeran James Bonda pada 1973 sampai dengan 1985, Ben Collins sang stunt driver film Skyfall sekaligus eks pemeran Stig, juga Daniel Craig sang pemeran agen 007 sejak 2006. 

Namun, edisi khusus yang paling berkesan bagi saya adalah edisi khusus tentang mobil-mobil China. Edisi khusus tersebut membahas perkembangan industri otomotif China dalam kurun sekitar 30-20 tahun terakhir. Dari semula sekadar membuat semacam bemo dan mobil beroda tiga lainnya sampai terakhir ini telah menghasilkan mobil-mobil dengan tampang kopian dari merk-merk Jepang, Amerika Serikat, maupun Eropa. Mobil kopian berbagai merk khas China itu sejauh ini kinerja mesinnya memang masih di bawah mobil-mobil pabrikan negara Barat dan Jepang.

Di edisi khusus ini ada figur Chinese Stig yakni sepupu asal China dari Stig. Lucunya tingkah si Stig China itu sungguh liar, bertolak belakang dari Stig asli yang kalem dan pendiam. Stig China ini doyan menendang dan memukul para presenter maupun kru Top Gear.



Biarpun dalam episode itu, trio presenter Top Gear  sering meledek mobil-mobil bikinan China, mereka juga memberikan wanti-wanti kepada para penonton Barat. Kata Clarkson, May, dan Hammond secara bergantian, jika melihat perkembangan pesat industri otomotif China dalam 20-10 tahun terakhir, maka boleh jadi dalam 10 atau 20 tahun China pun akan sudah mampu menggusur Barat dari pertarungan dunia otomotif. Lucunya, sebagai penegasan peringatan mereka, bagian penutup edisi khusus itu tak menampilkan Clarkson, May, dan Hammond berdiri dan bicara di studio seperti biasanya. Yang menutup acara justru tiga orang China dengan potongan rambut dan dandanan yang menyerupai para trio presenter Top Gear. Tiga orang China ini pun bicara dalam bahasa Mandarin. Hanya saja isi tuturan mereka kalau diterjemahkan ke bahasa Inggris ternyata mengikuti pola yang biasa digunakan Clarkson, May, serta Hammond kala menutup setiap episode. Itulah penggambaran Top Gear ketika acara itu dan trio Clarkson, May, serta Hammond nantinya akhirnya diambil alih orang China. Mungkin kurang lebih seperti raksasa komputer IBM yang akhirnya diakuisisi Lenovo.

Pada akhirnya, Top Gear mesti diakui sebagai sebuah acara yang menghibur dan kreatif. Pengakuan tentang hal itu pun datang dari berbagai penjuru planet ini. Top Gear disebut-sebut ditonton oleh 350 juta orang setiap minggunya di tak kurang dari 170 negara. Lalu, di negara-negara seperti Amerika Serikat, Australia, Rusia, Afrika Selatan, dan Korea Selatan, Top Gear juga sampai punya versi lokalnya sendiri.

<<<+>>>




5 komentar:

  1. Pas libur semester kemarin aku juga pernah nonton, bang. di B Channel.
    Acaranya asik, bang. Seriusnya dapet, komedinya juga pas, nggak norak.
    Sekarang udah nggak tayang lagi di B Channel T_T

    BalasHapus
  2. moga-moga ada acara yang kualitasnya bgini ya di tivi-tivi nasional indonesia :-D

    BalasHapus
  3. Gua mah setiap jam nonton TopGear. Malah gua pernah nelpon Jeremy buat ngiseng doang sambil nanyain boleh apa ga bikin TopGear disini dan untungnya dibolehin sama Clarkson

    BalasHapus
  4. bro jgn lupa pas morris marina ketimpa piano

    BalasHapus
  5. wah masnya keren ni tontonannya

    BalasHapus