Senin, 06 Juli 2015

Antara Lara Jonggrang dan Katniss Everdeen

Oleh Yoseph Kelik

KATNISS Everdeen (foto dari giphy.com)

LANGSING
, tinggi, juga memiliki lekuk-lekuk badan yang elok. Sekalipun dari jauh pesonanya tetaplah kentara. Karena itu, belasan tahun bolak-balik melintasi jalan raya utama antara Jogja dan Klaten, ratusan kali sudah saya terpancing menolehkan kepala kepada sosok molek serta anggun ini. Apa lagi, sosok tadi saban hari memang selalu betah berdiri di sisi utara jalan, tak seberapa jauh juga dari aliran Sungai Opak.

Apa saya sedang bercerita tentang cewek, dengan kualifikasi model dan semacamnya? Maaf, bukan. Hmmm memang yakin ada cewek cakep doyan ngetem di pinggir jalan raya antar provinsi sekaligus di pinggir kali? Yah, kecuali yang bersangkutan adalah kondektur bus yang kebetulan cantik atau malah ternyata semacam Si Manis Jembatan Ancol Kali Opak...*eh.

Sosok langsing yang coba saya obrolkan ini justru adalah sekumpulan bangunan. Tepatnya adalah candi-candi di Percandian Prambanan. Di antara seratusan candi yang ada sudah ditemukan kembali di seantero Jawa, Prambanan terbilang yang paling besar kompleknya, juga paling cantik arsitekturnya.

Legenda
Tentang percandian yang bernama asli Siwagrha tersebut, buku-buku pelajaran sejarah untuk sekolah-sekolah di republik ini menyebutnya sebagai hasil pembangunan raja-raja Mataram Kuno dari era Rakai Pikatan sampai Dyah Balitung, sekitar 1.200 sampai dengan 1.100 tahun silam. Namun, isi buku sejarah yang tentunya merujuk hasil kerja para arkeolog tersebut sepertinya masih kalah populer dibanding cerita rakyat berbau rada-rada gaib tentang penciptaan candi-candi di Prambanan dalam semalam saja. Bahwa cerita rakyat yang lazim dikenal sebagai Legenda Lara Jonggrang dan Bandung Bondowoso tersebut bisa lebih populer, itu rasanya menegaskan "rumor" yang beredar selama ini mengenai ngeboseninnya pelajaran sejarah di sekolah, juga tentang buku-buku penunjang materinya yang kering secara narasi. Di mata kebanyakan anak muda, pelajaran sejarah dan buku-bukunya memang nggak seasyik serial Korea berlatar era Joseon, twit-twit dan buku-buku-nya Felix Siauw, juga pentas JKT48 dengan rok mini mereka.

PANORAMA Percandian Prambanan (foto dari pusatjogja.com)

Legenda Lara Jonggrang dan Bandung Bondowosomerupakan kisah tentang aneka upaya Lara Jonggrang, putri dari Kerajaan Boko, menghindari pernikahan dengan Bandung Bondowoso, pangeran putra mahkota dari Kerajaan Pengging. Tentang cerita lengkapnya,saya yakin umumnya orang Indonesia sudah mudheng atau malah hafal. Toh, legenda tadi tergolong sangat populer. Sudah sering juga diangkat sebagai tontonan yang ngepop mulai dari film jadul jaman Minati Atmanegara masih sekinyis-kinyis Chelsea Islan, entah berapa sinetron FTV, hingga operet akbar perayaan ulang tahun ke-22 sebuah stasiun televisi swasta pada pertengahan Maret 2015 lalu yang mengambil lokasi dalam komplek Percandian Prambanan.

Hmmm…omong-omong tentang Legenda Lara Jonggrang dan Bandung Bondowoso, isinya yang beredar selama ini rasa-rasanya kok cenderung mendiskreditkan Lara Jonggrang ya? Coba lihat saja, Jonggrang digambarkan sebagai sosok perempuan yang PHP terhadap cinta Bandung Bondowoso, nyusahin bangetkarena pakai minta dibikinin 1.000 candi dalam semalam, tega mencurangi pekerjaan Bandung Bondowoso yang sebenarnya sudah hampir kelar, juga tidak mau memaklumi kekurangan satu candi yang belum terbangun.

Kenapa sih kita tidak bisa benar-benar berempati kepada Jonggrang? Mbok ayo mencoba memahami mengapa Jonggrang sampai mem-PHP Bandung Bondowoso, bikin permintaan-permintaan ribet nan musykil, lalu menyabotase pembangunan candi-candi yang dimintanya sendiri. Bukankah dengan itu Jonggrang membuktikan diri sebagai anak yang berbakti kepada orangtuanya, pantang menikahi pembunuh ayahandanya, nggak kepincut diiming-imingi status permaisuri di gabungan Kerajaan Pengging dan Boko. Jonggrang itu patriot tulen negeri Boko, anti menjadi kolaborator serta simbol perlawanan segenap rakyatnya atas rezim penjajah Pengging yang opresif. Ingat tentang Katniss Everdeen dalam trilogi The Hunger Games atau Sarah Connor dalam film-film Terminator? Nah, begitulah Jonggrang kurang lebih sejatinya.



PATUNG Lara Jonggrang yang sebenarnya adalah arca Durga Mahisasuramardini (foto dari commons.wikimedia.org)

Nggak Cuma Sebiji
Lagi pula dalam proyek 1.000 candi, yakin apa kalau Jonggrang lah pihak yang curang? Coba deh cek fakta di lapangan. Niscaya hal sebaliknya yang akan ditemukan. Justru Bandung Bondowoso lah yang sebenarnya melakukan wanprestasi. Selalu saja didengung-dengungkan bahwa sudah ada 999 candi yang berhasil dirampungkan Bandung atas bantuan bala tentara jinnya. Nyatanya ketika menilik isi buku Candi di Indonesia: Seri Jawa yang diterbitkan Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman pada 2013, Percandian Prambanan itu cuma terdiri dari 240 candi. Kalaupun penghitungan  jumlah candi tadi lantas mengikutsertakan semua bangunan utama maupun perwara di seluruh percandian dan candi-candi lain yang umurnya sepantaran dengan Percandian Prambanan di seantero Dataran Prambanan/Kewu, yakni mulai Sewu, Lumbung, Plaosan Lor, Plaosan Kidul, Kalasan, Ijo, Sambisari, Barong, Sari, Sojiwan, Banyunibo, Kedulan, Dawangsari, Morangan, Miri, dan Watu Gudig, maka jumlahnya akhirnya tetap saja mentok di angka 859. Lhah, itu artinya candi yang belum dibangun Bandung Bandowoso nggak cuma sebiji 'kan? Kurangnya ternyata antara 140-an sampai 760 candi lho... . Kalau ternyata sebanyak itu, lebih dari nggak salah 'kan Jonggrang nolaknikah sama Bandung Bondowoso?

Namun, penolakan dengan dasar sangat cukup tersebut harus dibayar Jonggrang dengan nyawanya. Bukankah kisah dikutuk menjadi arca sangat mungkin sebuah eufemisme bahwa Jonggrang mengalami suatu penyiksaan sadis sampai akhirnya menjemput ajal? Duh, Gusti Putri Lara Jonggrang, tabik takzim dan acungan tiga jari untukmu... .

<<<+>>>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar