Sabtu, 12 Januari 2013

Mengenang Tintin dan Sebuah Taman Bacaan

KOMIK serial Tintin nomor 22, Penerbangan 714 ke Sidney
Oleh Yoseph Kelik



MEMBACA Tintin: The Complete Companion  mau tak mau ngingetin saya ke zaman masih duduk di bangku SMP. Masa itu terbilang  masa keakraban terintim saya dengan komik-komik serial Tintin. Kala itu, saya  begitu sering menumpang  baca maupun pinjam untuk dibawa pulang  di  satu taman bacaan sekitar 200 meter dari sekolah saya.

Oh ya, nama taman bacaan itu Hendragiri. Lokasinya tepat di sebelah timur Gereja Katolik Santo Yohanes Rasul Wonogiri, Jawa Tengah. Taman bacaan itu termasuk bagian komplek Susteran Carolus Borromeus (CB) di Wonogiri. Pengeloaan taman bacaan tersebut pun ada di tangan para biarawati Katolik.

Tak cuma komik-komik serial Tintin yang dulu kerap saya baca dan pinjam di taman bacaan yang dengar-dengar sekarang sudah tutup itu.

Tintin, Wartawan yang Nyaris Tak Pernah Mengetik Berita


BUKU Tintin: The Complete Companion edisi bahasa Indonesia
Oleh Yoseph Kelik


PADA pekan pertama dan kedua Januari 2013 ini, saya sedang sedang membaca Tintin: The Complete Companion tulisan Michael Farr. Ini adalah buku panduan dan analisis terhadap serial komik Tintin kreasi komikus Belgia, Herge yang bernama asli Georges Remi. Versi yang saya baca adalah edisi berbahasa Indonesia terbitan 2011 dari Gramedia Pustaka Utama. Buku 205 halaman ini adalah hasil penerjemahan dari edisi berbahasa Inggris cetakan 2001 milik Penerbit Moulinsart.

Tintin: The Complete Companion membahas secara lengkap seluruh komik “anggota keluarga besar” serial bertokoh utama wartawan berambut jambul itu. Farr mengulas secara rinci mulai dari seri pertama terbitan 1929, Petualangan Tintin di Tanah Sovyet, sampai dengan yang  terakhir alias seri kedua puluh empat, Tintin dan Alpha-Art, yang pengerjaannya belum rampung ketika Herge meninggal dunia pada 1983.

Dalam buku panduan ini, hampir setiap seri komik Tintin beroleh satu bab khusus untuk pembahasannya.